PT Pertamina (Persero) merevisi rencana kerja dan anggaran 2020 seiring dengan tekanan dari sentimen harga minyak dunia dan penyebaran virus corona atau Covid-19 di dalam negeri.
Direktur Utama Nicke Widayawati menjelaskan bahwa terdapat 3 kejadian besar yang menghantam kinerja perusahaan migas pelat merah tersebut tahun ini.
Dia mengatakan, pada tahun ini terjadi kondisi kelebihan pasokan atau over supply minyak di dunia yang diimbangi oleh penurunan permintaan yang mendorong terjadinya penurunan harga minyak dunia.
Sejalan dengan hal tersebut, permintaan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri turun melemah. Selain itu, depresiasi Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin memperparah keberlangsungan bisnis Pertamina tahun ini.
“Siimulasi sudah kami lakukan, jadi ada dua skenario sesuai dengan skenario yang ditetapkan pemerintah,” katanya dalam rapat dengar pendapat virtual dengan Komisi VI DPR, Kamis (16/4/2020).
Dalam skenario penerunan pendapatan akibat Covid-19, Pertamina menyebut penurunan pendapatan terbesar disebabkan oleh faktur volume penjualan dan nilai tukar Rupiah.
Adapun, pada skenario pertama dengan Pertamina berencana memangkas target pendapatan sebesar 38 persen dari RKAP 2020 dengan asumsi ICP pada US$38 per barel dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rp17.500.
Sementara itu, skenario kedua yang disebut skenario sangat berat, Pertamina memangkas target pendapatan sebesar 45 persen dari RKAP 2020 dengan asumsi ICP pada US$31 per barel dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp20.000.
Sebelumnya, Berdasarkan data Pertamina, pada tahun ini, pendapatan perseroan ditargetkan mencapai US$ 58,33 miliar. Dengan asumsi skenario kehilangan pendapatan sebesar 38 persen – 45 persen, Pertamina bakal kehilangan potensi pendapatan sebesar US$22,16 miliar hingga US$26,24 miliar.
“Penurunan ICP sangat berdampak dengan bisnis hulu pertamina, jadi luar biasa di atas 40 persen,” jelasnya.
Di samping itu, Pertamina turut memangkas anggaran belanja modal pada tahun sebesar 23 persen dan memaksimalkan anggara belanja modal dengan pengalihan dan fokus ke proyek strategis nasional.
Pertamina juga memangkas anggaran operasionalnya sebesar 30 persen dengan melakukan penghematan biaya operasi baik di induk perusahaan maupun pada entitas anak perseroan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn