Keterbatasan sumber daya energi berbasis fosil, mendorong setiap negara di dunia untuk mengembangkan energi alternatif dan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dan memiliki sumber bahan baru yang terbarukan pula. Termasuk Indonesia salah satunya. Sejak jauh-jauh hari Presiden Joko Widodo telah menetapkan pengembangan energi baru terbarukan pada dua sumber energi, yakni listrik dan Biodiesel berbasis kelapa sawit.
Untuk itu Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur mengadakan Seminar Nasional Online Soebardjo Brotoherdjono XVII dengan Tema “Pengembangan Energi Alternatif Yang Ramah Lingkungan Menuju Era Industry 4.0 ”. Dalam seminar ini General Manager (GM) Pertamina Refinery Unit (RU) III Plaju, Moh. Hasan Efendi menjadi Pembicara Utama bersama Guru Besar Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Prof. Dr. Ir. I Gede Wibawa M. Eng.
Dalam seminar yang berlangsung selama 5 (lima) Jam, Moh. Hasan Efendi mengatakan program pengembangan energi alternatif dan terbarukan telah dijalankan, Kilang Pertamina Plaju telah melakukan Launching Perdana Bahan Bakar Ramah Lingkungan Biosolar (B-20) di Kilang RU III Plaju pada Tahun 2019 dan dilanjutkan dengan Biosolar (B-30) di Tahun 2020. Hal tersebut dilaksanakan sebagai komitmen menjalankan Kebijakan Pemerintah sesuai Permen ESDM No 41 Tahun 2018 untuk menerapkan penggunaan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dengan minyak nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) sebesar 20 – 30% yang diproduksi oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).
Kilang Pertamina Plaju merupakan salah satu dari 30 lokasi yang ditentukan menerima FAME, dengan pertimbangan kebutuhan B-30 untuk Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Lampung sebanyak 3.500 – 5.000 KL perhari. Secara reguler dapat dipenuhi seluruhnya dari Kilang Pertamina Plaju, yang mampu menghasilkan Biosolar (B-30) 85.000 KL perbulan dan Solar-48 65.000 KL per bulan. Ini merupakan bagian dari upaya Pertamina, menjamin ketahanan stok BBM ramah lingkungan di pasaran.
Pertamina mengembangkan energi alternatif dengan memanfaatkan penggunaan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya seperti RBDPO dan FAME, langkah ini juga diharapkan dapat menekan angka impor minyak mentah. Inilah alasan Pertamina khususnya Kilang Pertamina Plaju mengembangkan proyek ini dan sudah masuk di dalam Program Strategis Nasional (PSN) agar CPO bisa dimanfaatkan karena di wilayah Sumatera terutama yang ada di sekitar Kilang Pertamina Plaju banyak terdapat kebun kelapa sawit,” ujar Hasan.
Pertamina akan terus berupaya dan berinovasi untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, berupa green gasoline, green diesel, green LPG, dan green avtur.
“Harapannya, Pertamina akan terus berupaya mengolah dan menyediakan energi terbaik untuk negeri,” tutup Hasan.