PT Pertamina (Persero) tengah mempersiapkan strategi baru dalam pengadaan impor bahan bakar minyak dan gas alam cair atau LPG.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan bahwa perseroan sedang mengkaji skema pengadaan BBM dan LPG yang disebut dengan supplier held stock (SHS).
Dalam skema itu, pengadaan atau impor BBM dan LPG akan dilakukan melalui skema kontrak jangka panjang dan meminta setiap pemasok untuk menyimpan BBM dan LPG tersebut yang sebelumnya di Singapura menjadi di Indonesia.
“Pokoknya saya mau beli yang disiapkan storage-nya di Indonesia, sekarang ini kami minta storage ini dalam waktu 10 tahun harus jadi miliknya Pertamina,” katanya dalam webinar, akhir pekan lalu.
Rencana itu, kata Mulyono, diharapkan dapat memberi sejumlah keuntungan bagi Pertamina mulai dari sisi distribusi, logistik, dan juga kepentingan nasional.
Apabila stok BBM dan LPG berada di Indonesia, dari sisi distribusi Pertamina bisa lebih memangkas waktu pengiriman dan juga memangkas biaya inventori.
“Kami akan bayar setelah kami ambil barangnya yang ada di terminal yang ada di Indonesia, kami tidak perlu capex,” ungkapnya.
Mulyono menilai dengan disimpan di Indonesia, pasokan BBM dan LPG tersebut akan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Hal itu akan mendukung kebijakan BPH Migas yang akan mengatur para badan usaha untuk memiliki cadangan BBM niaga umum pada level 24 hari dalam waktu 5 tahun.
“Ini akan meningkatkan ketahanan stok nasional walaupun bukan punyanya Pertamina, tapi sudah ada di Indonesia kalau terjadi apa-apa bisa kita gunakan,” ungkapnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn