Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 76, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) terus melanjutkan penugasan dari Pemerintah Indonesia untuk membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). JTTS merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera, kemudian Perpres tersebut disempurnakan menjadi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 117 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Berdasarkan kedua Perpres tersebut, Hutama Karya mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang meliputi pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan, dalam rangka pengembangan kawasan di Pulau Sumatra.
Tercatat hingga saat ini sepanjang 531 km JTTS telah dioperasikan oleh perusahaan dan dapat dilalui oleh masyarakat. Melalui akun Instagram resminya, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo memperlihatkan tayangan kondisi terkini jalan tol pertama di Pulau Sumatra itu. Ia juga menyampaikan banyak manfaat atas terbangunnya JTTS.
“Jalan tol Trans Sumatera akan memangkas waktu tempuh antar daerah, memperlancar arus barang, dan menghidupkan titik-titik perekonomian baru di sepanjang Pulau Sumatra. Pembangunan dan pengoperasiannya juga menyerap ratusan ribu tenaga kerja,” ujar Jokowi melalui akun media sosial resminya. Tak lupa ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi salah satu strategi yang memberikan daya ungkit bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Sejalan dengan arahan pemerintah dan tema Kemerdekaan RI ke-76 yakni “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”, Hutama Karya membuktikan bahwa perusahaan tetap mampu menjawab tantangan dengan telah membangun dan mengoperasikan 500km lebih JTTS hanya dalam waktu kurang lebih lima tahun, lebih cepat daripada rata-rata waktu pembangunan pada umumnya.
Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro menyampaikan bahwa selain memiliki progress yang signifikan, Hutama Karya memastikan bahwa dalam pembangunan hingga pengoperasian JTTS, perusahaan telah melakukan berbagai kajian dan analisis dampak kehadiran JTTS bagi lingkungan dan masyarakat, sehingga mitigasi risiko dapat dilakukan sejak awal.
“Pembangunan dan pengoperasian JTTS kami pastikan tidak merusak ekosistem. Kami sudah hitung AMDAL-nya, dan seperti yang disampaikan oleh Pak Presiden bahwa kehadirannya membawa banyak dampak dan manfaat bagi masyarakat khususnya di Sumatra,” ujar Koentjoro.
AMDAL SEBAGAI FONDASI AWAL PEMBANGUNAN JTTS
Pada umumnya, pembangunan fisik suatu tempat akan menimbulkan perubahan kualitas komponen-komponen lingkungan hidup di sekitar lokasi pembangunan, baik itu perubahan yang berdampak positif maupun perubahan yang berdampak negatif.
Jalan tol merupakan salah satu prasarana yang sangat vital bagi moda transportasi darat. Keberadaan jalan tol yang menghubungkan antar kota sangat penting untuk memperlancar lalu lalang kendaraan sehingga dapat meningkatkan distribusi baik orang, barang maupun jasa. Meningkatnya distribusi orang, barang maupun jasa dari satu kota ke kota lainnya pada akhirnya akan berdampak pada persebaran sumber daya sehingga tempat atau kota lain yang tidak memiliki sumberdaya tersebut akan terpenuhi kebutuhannya. Jalan tol menyediakan akses jalan yang bebas hambatan, efisien, modern dan aman bagi moda transportasi darat.
Namun, sebagaimana kegiatan pembangunan pada umumnya, seringkali tidak dapat dihindari dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan yang merupakan salah satu dampak dari pembangunan jalan tol. Apabila kegiatan pembangunan tol tidak dikelola dan direncanakan dengan baik, maka akan timbul dampak negatif yang tak tertangani terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap komponen-komponen lingkungan fisika-kimia, komponen sosial-ekonomi-budaya, hingga kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai salah satu BUJT di Indonesia, Hutama Karya turut memperhatikan setiap tahapan-tahapan dalam proses pembangunan jalan tol. Hal ini dilakukan sebagai upaya perusahaan untuk meminimalisir dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang terjadi dalam proses tersebut. Aspek penting dalam proses pembangunan jalan tol yakni tersedianya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL menjadi fondasi awal proses pembangunan dikarenakan mencakup seluruh komponen-komponen yang menyangkut dampak terhadap lingkungan hidup serta menjamin suatu usaha atau kegiatan layak secara lingkungan.
ATASI DAMPAK POTENSIAL YANG TIMBUL DENGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG TERENCANA
Kerapkali komponen lingkungan baik fisik maupun kimia timbul sebagai dampak potensial dalam tahapan konstruksi pembangunan jalan tol. Dampak potensial yang timbul diantaranya yakni penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara hingga perubahan bentang alam. Hal tersebut pada dasarnya telah menjadi perhatian Hutama Karya saat melakukan proses kajian sebelum tahap konstruksi dimulai.
Koentjoro menyampaikan bahwa beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi timbulnya permasalahan tersebut yakni penggunaan alat berat, kendaraan dan mesin pendukung yang layak pakai serta terkontrol emisinya, memindahkan drainase eksisting / membuat drainase sementara untuk mengganti drainase eksisting selama pekerjaan tanah berlangsung, perencanaan dan pelaksanaan cutt and fill (menguruk tanah) sesuai dengan prosedur yang berlaku mengacu pada SNI dan standar teknis, melakukan penanganan permukaan yang miring dengan perkerasan atau penanaman rumput.
Tak hanya itu, upaya pengelolaan lingkungan juga dilakukan Hutama Karya melalui pendekatan teknologi yang mengikuti perkembangan ilmu dan sesuai dengan sifat dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol di masing-masing ruas JTTS. Pendekatan ini diharapkan mampu mencegah, meminimalisir, dan memperbaiki kerusakan serta menganggulangi pemborosan sumber daya alam.
“Upaya-upaya tersebut diantaranya yakni pada tahap persiapan lahan, Hutama Karya melakukan pematangan lahan secara matang pada area yang terkait dengan irigasi, sehingga fungsi irigasi tidak terputus total, menyediakan kolam-kolam yang berfungsi sebagai penyerap sedimen (sand trap) untuk meminimalisir laju sedimentasi yang berasal dari jalan yang disiapkan untuk jalan tol. Sedangkan pada tahap konstruksi Hutama Karya melakukan pemilihan metode aplikasi tiang pancang (bore pile) dalam membangun jembatan penghubung untuk meminimalisir tingkat kebisingan dan timbulnya efek pergerakan tanah yang besar,” terang Koentoro.
BUKA LAPANGAN KERJA DAN PELUANG USAHA
Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau terluas di Indonesia dan pulau dengan populasi terbanyak kedua setelah Pulau Jawa, dengan luas wilayah seluas 480,849 km2. Memiliki keragaman secara geografis dan budaya, serta jumlah penduduk sekitar 52 juta jiwa, Pulau Sumatra membawa peran penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pulau ini memiliki potensi besar dalam bidang industri dan jasa, dan akan menjadi salah satu kontributor utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia di masa yang akan mendatang. Dalam rangka mencapai kondisi tersebut, Pemerintah perlu memperbaiki kondisi infrastruktur yang ada, termasuk pengembangan jaringan jalan yang efektif dan efisien, salah satunya jaringan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Tak sekadar memberikan manfaat pada konektivitas, hadirnya pembangunan JTTS dinilai mampu membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha bagi masyarakat di sekitar pembangunan tol. Hutama Karya juga telah melakukan berbagai kajian terhadap munculnya peluang tersebut seperti halnya pada pembangunan jalan tol di ruas Pekanbaru – Bangkinang. “Data pada tahun 2019 yang bersumber dari Kabupaten Kampar menunjukan bahwa tingkat pengangguran di Kabupaten Kampar yakni 5,93%. Dengan adanya pembangunan Tol Pekanbaru – Pangkalan, peluang kesempatan kerja menjadi terbuka bagi masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten tersebut,” jelas Koentjoro.
Hadirnya pembangunan Tol Pekanbaru – Pangkalan, salah satu ruas pada JTTS juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga penduduk terutama yang berusia produktif namun belum mendapat pekerjaan. Untuk itu perlu diberikan peluang berusaha pada proyek pembangunan ini, misalnya membuka warung makan, pertokoan, menjadi bagian dari sub-kontraktor sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk secara ekonomi.
KOMITMEN CIPTAKAN JALAN TOL HIJAU DAN RAMAH LINGKUNGAN
Tak hanya dari sisi pembangunan, setelah dioperasikan pun, Hutama Karya berkomitmen untuk mengutamakan aspek lingkungan, salah satunya dengan selalu mengimbangi pengelolaan infrastruktur yang optimal dengan mendukung kelestarian alam lingkungan sekitar.
Salah satunya yakni dengan membangun Underpass Perlintasan Gajah (UPG) yang berada di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Ruas Pekanbaru – Dumai (Permai). Sebagai salah satu pelopor jalan tol dengan perlintasan gajah pertama yang ada di Indonesia, Hutama Karya berharap dengan dibangunnya UPG tersebut dapat mempertahankan ekosistem hewan yang ada di sekitar JTTS khususnya hewan Gajah yang habitatnya berada di sekitar JTTS Ruas Permai.
Koentjoro menuturkan bahwa Hutama Karya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) juga melakukan penanaman pakan gajah di sekitar area hutan PT Kojo seluas lima hektar yang berada di sekitar JTTS Ruas Permai demi memastikan ketersedian pakan untuk gajah yang berada di sekitarnya. Tak hanya penanaman pohon untuk pakan gajah, Hutama Karya selaku pengelola JTTS juga secara rutin melakukan kegiatan penanaman pohon di seluruh ruas tol dan rest area yang di kelola pada setiap peringatan yang berhubungan dengan lingkungan.
“Salah satunya yakni pada hari Selasa (10/8) lalu, secara serentak dilakukan penanaman pohon di seluruh ruas tol operasi dalam rangka Hari Konservasi Alam Nasional. Pohon yang ditanam disekitar jalan tol tersebut juga berfungsi menyerap air yang dapat menjadi pencegah banjir ataupun longsor. Kegiatan penanaman pohon tersebut juga sebelumnya telah dilakukan pada Hari Keanekaragaman Hayati, Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia dan Hari Populasi Dunia,” jelas Koentjoro.
Selain itu, dari sisi pemeliharaan, Hutama Karya juga selalu memperhatikan keselarasan lingkungan yang ada, salah satunya dengan dengan mengidentifikasi daerah timbunan, sungai-sungai yang ada di sekitar ruas dan struktur tanah untuk mengantisipasi terjadinya longsor ataupun banjir. Hutama Karya juga telah membuat penampang saluran seperti Box Culvert. Box Culvert merupakan salah satu jenis beton precast yang sering digunakan pada konstruksi saluran air yang biasanya berfungsi sebagai saluran air atau drainase. Perlebaran dan pemeliharaan penampang saluran tersebut juga secara rutin dilakukan agar mengantisipasi terjadinya banjir di jalan tol. Hutama Karya juga telah mempersiapkan tim rescue dan pompa portable/submersible apabila terjadinya banjir di jalan tol yang dikelola.
Dengan segala strategi dan upaya yang dilakukan oleh Hutama Karya, dari sisi pemeliharaan jalan tol tersebut, belum pernah ditemukan kejadian banjir ataupun longsor yang berarti di JTTS.
Perusahaan juga berperan dalam pengendalian banjir daerah sekitar dimana pada bulan Desember 2020 lalu, Hutama Karya selaku pengelola JTTS Ruas Medan – Binjai ikut turut serta memberikan bantuan dengan mengevakuasi korban serta menjadikan jalan tol tersebut sebagai jalan alternatif seluruh masyarakat yang terkena banjir besar yang melanda daerah Deli Serdang yang berada di sekitar JTTS Ruas Medan – Binjai dengan tetap dilakukan pengawalan dan pengamanan terhadap seluruh kendaraan yang dialihkan ke JTTS Ruas Medan – Binjai dengan bantuan pihak kepolisian daerah setempat.
Meskipun harus menggunakan beberapa lahan persawahan untuk pembangunan JTTS, kehadiran jalan tol ini memberikan efek yang lebih besar dan berkelanjutan untuk berbagai golongan masyarakat. Dari mulai mempercepat logistik dan distribusi, dan juga meningkatkan kualitas hasil panen dengan lebih cepatnya pendistribusian hasil panen tersebut sampai ke pedagang, kualitas panen yang dikirimkan pun masih dalam keadaan baik dan fresh.
Gubernur Provinsi Lampung, Arinal Djunaidi yang diwawancarai pada saat HUT RI 2020 lalu mengatakan bahwa sektor transportasi sangat berkaitan erat dengan kelancaran logistik dikarenakan 90% arus barang berada di sektor jalan, dengan dibukannya jalan tol, arus barang dari pusat-pusat industri menjadi semakin cepat dan lancar. “Sebagian produk-produk pertanian sangat bergantung dengan waktu, kalau ia terlalu lama di perjalanan, akan mengurangi kualitasnya atau bahkan menjadi busuk sehingga tidak bernilai sama sekali. Setelah adanya JTTS, petani akan memiliki jaminan waktu (time assurance) atas pengiriman hasil pertanian dengan kualitas sesuai yang diharapkan,” tutur Arinal Djunaidi, Gubernur Provinsi Lampung.
Selain itu, Anna, salah satu pedagang di Rest Area Bakauheni – Terbanggi Besar juga merasakan adanya manfaat jalan tol ini, “Manfaatnya alhamdulillah sih, dengan usaha ini (berjualan di Rest Area) ekonomi jadi bertambah,” ujar Anna, Pedagang Rest Area Bakauheni – Terbanggi Besar. Sebagai tambahan informasi, Hutama Karya memiliki sistem penyediaan minimal 30% lahan khusus untuk UMKM lokal dengan harga sewa yang jauh lebih rendah dari tenant komersial agar masyarakat mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usahannya.
Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang ±1.065 Km dengan 534 Km ruas konstruksi dan 531 ruas operasi. Adapun ruas yang telah beroperasi secara penuh yakni Tol Bakauheni – Terbanggi Besar (141 Km), Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 Km), Tol Palembang – Indralaya (22 Km), Tol Medan Binjai (17 Km), Tol Pekanbaru – Dumai (132 Km), Tol Sigli – Banda Aceh seksi 3 Jantho – Indrapuri (16 Km) dan seksi 4 Indrapuri – Blang Bintang (14 Km).
Sumber Hutama Karya, edit koranbumn