PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) terus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan inovasi karya anak bangsa di bidang panas bumi. PGE bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan studi bersama penelitian sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) skala kecil dengan kapasitas 3 MW di Kamojang, Jawa Barat.
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE Tafif Azimudin mengatakan, kerja sama ini merupakan komitmen perusahaan dalam mendukung pengembangan teknologi dalam negeri, khususnya dalam hal energi panas bumi. Kerja sama tersebut dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) antara PGE dan BPPT.
“Selama ini teknologi geothermal berasal dari luar negeri dengan MoU ini maka PGE dan BPPT memiliki komitmen untuk membangun kemampuan teknologi small scale geothermal di Indonesia mengingat 40 persen cadangan panas bumi dunia ada di Indonesia,” kata Tafif, Jumat (24/9/2021).
Ada pun ruang lingkup dalam kerja sama ini yaitu, pertama, pengujian kinerja (performance dan durability) PLTP 3 MW, termasuk sinkronisasi PLTP 3 MW ke jalur distribusi 20 kV milik PT PLN (Persero).
Kedua, menjadikan PLTP 3 MW sebagai sarana penelitian dan capacity building bagi peneliti dalam merealisasikan lapangan panas bumi Kamojang sebagai Geothermal Center of Excellence.
Dijelaskan Tafif, kegiatan ini difokuskan untuk mengembangkan sumber panas bumi di wilayah Indonesia khususnya small scale geothermal sehingga mendukung pemerintah dalam mencapai bauran energi sesuai dengan RUKL (Rencana Umum Ketenagalistrikan), khususnya untuk sumber energi panas bumi.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) pada bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 dan naik menjadi 31 persen pada 2050. Dalam pelaksanaannya, pemerintah juga terus menggenjot angka Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di setiap pembangkit listrik. Untuk itu, kerja sama dengan BPPT ini bisa menjadi jalan mulus dalam meningkatkan angka TKDN tersebut.
Dengan semakin bertambahnya komponen karya anak bangsa yang diimplementasikan di setiap pembangkit, secara langsung juga menjadi titik loncat industri manufaktur di Indonesia.
“Tujuan lain dari program kerja sama dengan BPPT ini, yaitu mampu mendorong kemajuan industri manufaktur beserta komponen lainnya di dalam negeri ketika penelitian ini masuk dalam tahap komersial,” pungkas Tafif.
Dia menambahkan, kerja sama ini juga merupakan bagian dari tanggung jawab PGE dalam hal Environment, Social, and Governance (ESG). Khususnya dari sisi environment (lingkungan), sebagai wujud dukungan PGE terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan energi panas bumi yang ramah lingkungan.
Di samping itu juga merupakan wujud memenuhi komitmen goal ke tujuh SDGs (Sustainable Development Goals).Yaitu memastikan akses energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern bagi bagi semua (affordable and clean energy).
Seperti diketahui, PGE sebagai bagian dari Subholding PNRE selalu berkomitmen dalam pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi masa depan. Melalui inovasi-inovasi yang dilaksanakan, Subholding PNRE terus berupaya mendukung pemerintah dalam memenuhi target bauran energi yang tertuang di dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Salah satunya pengembangan panas bumi yang terus digenjot agar dapat mengoptimalkan cadangan panas bumi Indonesia sebagai peringkat dua terbesar di dunia. Hingga saat ini, kapasitas terpasang panas bumi PGE sebesar 672 MW (own operation) dan 1.205 (joint operation contract) dari 15 wilayah kerja yang tersebar di seluruh Indonesia.