PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN (PGAS) tengah memproses kontrak jual beli gas dengan dua perusahaan di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang sebagai salah satu upaya meningkatkan serapan gas dari lapangan-lapangan migas di Jawa Timur.
Dua perusahaan tersebut adalah PT KCC Glass Indonesia dan PT Rumah Keramik Indonesia dengan kebutuhan gas total 12 miliar British termal unit per hari (BBtud).
“PGN telah berproses menuju kontrak jual beli gas dengan PT KCC Glass Indonesia untuk volume gas kurang lebih 8 BBtud dan PT Rumah Keramik Indonesia sekitar 4 BBtud melalui proyek distribusi KIT Batang Fase I,” kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama saat dihubungi, Selasa (9/1/2024).
Kementerian ESDM mengestimasi ada potensi permintaan gas dari berbagai sektor industri di sekitar wilayah Kendal dan Batang sejumlah 40 industri dengan proyeksi kebutuhan antara 30 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) sampai lebih dari 58 MMscfd.
Rachmat mengatakan, perseroan bakal melanjutkan pembangunan jaringan distribusi selepas rampungnya pipa transmisi gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I (Ruas Semarang-Batang) pada November 2023.
“Rencana PGN bersamaan dengan terselesaikannya pipa Cisem, maka akan dilakukan pembangunan jaringan distribusi yang menghubungkan ke berbagai lokasi pelanggan,” kata Rachmat.
Seperti diberitakan sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mengevaluasi alternatif pemanfaatan kelebihan pasokan atau oversupply gas dari lapangan migas di Jawa Timur.
Sejumlah alternatif yang saat ini tengah dikaji di antaranya pembangunan kilang mini gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG), compressed natural gas (CNG), hingga diarahkan untuk liquefied petroleum gas (LPG).
“Hal tersebut yang sedang dievaluasi oleh SKK Migas,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi saat dihubungi, Selasa (9/1/2024).
Selain itu, Kurnia mengatakan, pemerintah turut mendorong tumbuhnya industri-industri baru seperti pabrik metanol yang potensial untuk menyerap kelebihan pasokan gas tersebut saat ini.
Berdasarkan data SKK Migas per Oktober 2023, lifting gas dari lapangan-lapangan Jawa Timur berada di level rata-rata 747 MMsfcd.
Kendati demikian, kemampuan serap dari industri hilir seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), Petrokimia Gresik dan konsumen lainnya hanya berkisar 565 MMscfd.
Berdasarkan proyeksi yang disampaikan SKK Migas, sejumlah wilayah kerja (WK) gas di Jawa Timur bakal sampai pada titik puncak produksi pada rentang tahun 2024 hingga 2026 mendatang.
Saat itu, kondisi pasokan gas berlebih atau oversupply di wilayah Jawa Timur diperkirakan mencapai 200 MMscfd. Pasokan berlebih itu diidentifikasi berasal dari sejumlah lapangan prospektif, di antaranya Jimbaran Tiung Biru (sekitar 192 MMscfd), HCML Sampang (sekitar 100 MMscfd), Medco Paus Biru (sekitar 30 MMscfd), PCK2L Bukit Panjang Sampang (sekitar 50 MMscfd), Energi Mineral Langgeng Sumenep (sekitar 30 MMscfd) dan MGA Utama Energi Sumenep (sekitar 40 MMscfd dan 7.000 bopd).
Sumber Bisnis, edit koranbumn