Kebutuhan batubara untuk kelistrikan yang diserap oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) turun tipis dari semula diproyeksikan sebesar 92 juta ton, menjadi 90 juta ton sepanjang tahun 2018.
Menurut Kepala Divisi Batubara PLN Harlen, penurunan tersebut menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan beban Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Jumlah batubara juga mempertimbangkan stok untuk mengantisipasi cuaca di awal tahun depan.
“Selisih 2 (juta ton) itu bagus secara perencanaan. Akhir tahun ini kami akan stock untuk antisipasi cuaca awal tahun,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (13/11).
Adapun, selama 10 bulan ini, Harlen menyebut bahwa realisasi konsumsi batubara untuk listrik sebesar 73 juta ton. Hingga kini, persediaan batubara untuk kelistrikan masih normal, yaitu rata-rata ada di angka 20 hari. Sedangkan batubara yang digunakan adalah yang memiliki nilai kalor 4.000 kcal/kg sampai dengan 6.300 kcla/kg.
“Saat ini tidak ada kendala yang berarti terhadap implementasi DMO,” imbuhnya.
Di sisi lain, realisasi kewajiban memasok batubara ke pasar dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) per bulan Oktober masih sebesar 90 juta ton, dari total target tahun ini sebesar 121 juta ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyebut bahwa realisasi DMO tersebut mengikuti serapan kebutuhan domestik. “Memang kebutuhan dalam negeri hingga bulan Oktober hanya segitu (90 juta ton),” kata Agung.
Sehingga, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Pandu P. Sjahrir, target DMO sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan domestik, terutama terhadap PLN. Jadinya, Pandu bilang, pemenuhan DMO hingga akhir tahun hanya akan ada dikisaran 100 juta ton saja.
“DMO kan dibuat untuk keperluan PLN, jadi serapan disesuaikan dengan kebutuhan PLN. Saya rasa, 100 juta-an (realisasi DMO hingga akhir tahun),” ungkapnya.
Sumber kontan.co.id