PT PLN (Persero) menerapkan program co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Berau, dengan memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit sebagai campuran batu bara.
General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) Kalimantan Daniel Eliawardhana mengatakan, PLTU Berau berkapasitas 2 x 7 megawatt (MW) menjadi salah satu PLTU di Kalimantan yang menerapkan program co-firing.
“Program co-firing merupakan upaya percepatan target bauran energi baru terbarukan [EBT] sebesar 23 persen pada 2025 tanpa harus membangun pembangkit baru melainkan dengan melakukan substitusi sebagian batu bara dengan biomassa,” kata Daniel melalui siaran pers, Sabtu (2/4/2022).
Daniel menambahkan dalam menjalankan program co-firing, PLTU Berau memanfaatkan cangkang sawit yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu bara dengan komposisi perbandingan 5 banding 95, dengan begitu dapat menurunkan emisi.
Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi sebesar 314 juta hingga 398 juta ton karbon dioksida pada 2030 melalui program pengembangan green energy yang ramah lingkungan.
“Dengan program co-firing ini, penggunaan batu bara pada pembangkit dapat dikurangi. Dalam skala besar dan lebih panjang, emisi yang dihasilkan dalam pengoperasian PLTU juga akan menurun,” imbuh Daniel.
Dia menjelaskan pelaksanaan co-firing cangkang sawit dan batu bara di PLTU Berau telah berlangsung sejak Mei 2021 dengan memanfaatkan limbah cangkang sawit lebih dari 500 ton.
“Dari sisi efisiensi, cangkang sawit memiliki nilai kalori yang lebih tinggi dibandingkan nilai kalori batu bara yang digunakan di PLTU Berau, sehingga secara teknis, program co-firing juga mendukung dalam peningkatan efisiensi PLTU PLN,” jelasnya.
Dalam menjaga keberlanjutan pasokan cangkang sawit, Daniel mengungkapkan pihaknya telah menjalin kerja sama dengan koperasi dan masyarakat setempat. Program co-firing juga diharapkan membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat Berau terutama dalam pemanfaatan limbah hasil perkebunan rakyat.
Selain turut meningkatkan kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, co-firing juga berdampak positif kepada pengembangan ekonomi kerakyatan dalam bentuk creating shared value (CSV) di mana tercipta peluang lapangan kerja dan bisnis di sektor biomassa khususnya yang berbasis sampah dan limbah sebagai pengganti bahan bakar fosil pada PLTU.
Sebelumnya, program yang sama telah berhasil diimplementasikan di lima PLTU lain di Kalimantan, yaitu PLTU Asam-asam di Kalimantan Selatan, PLTU Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, PLTU Sintang, PLTU Ketapang, dan PLTU Sanggau di Kalimantan Barat.
Sumber Bisnis, edit koranbumn