PT PLN (Persero) membutuhkan investasi hingga Rp3.000 triliun untuk menjalankan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
Adapun dalam RUPTL teranyar itu, penambahan pembangkit ditargetkan mencapai 69,6 gigawatt (GW). Angka tersebut pun lebih tinggi dari RUPTL 2021–2030 yang hanya 40,6 GW.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan, RUPTL 2025-2034 membutuhkan investasi jumbo. Namun, multiplier effect-nya pun juga tak kalah besar.
Menurutnya, investasi untuk pembangunan pembangkit dan transmisi, dapat membuka lapangan kerja yang luas, menciptakan kemakmuran, hingga menggenjot pertumbuhan ekonomi.
“Kami membutuhkan investasi sekitar Rp3.000 triliun selama 10 tahun dan untuk itu kita perlu membangun suatu ekosistem yang kondusif untuk berinvestasi, ekosistem yang kondusif untuk berkolaborasi,” tutur Darmawan dalam acara Kompas CEO Forum di Tangerang, Rabu (26/11/2025).
Dia mengatakan, investasi itu kian penting. Apalagi, 76% dari total kapasitas pembangkit dalam RUPTL itu berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT).
“Artinya arahan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto ini adalah how we going to be able to balance between growth, job creation and also environmental sustainability, jadi tugas kami berat juga,” kata Darmawan.
Meski berat, Darmawan optimis investasi itu bisa tercapai. Apalagi, pemerintah melalui BPI Danantara bakal memberi sokongan.
Dia menyebut, pemerintah juga siap mendukung membangun ekosistem agar semuanya bisa lebih produktif dan bisa bekerja bersama-sama. Oleh karena itu, Darmawan menilai kolaborasi menjadi hal penting.
“Nah untuk itu tentu saja ini penuh dengan tantangan, ada tantangan strategi, tantangan inovasi, tantangan sumber daya manusia, human resource, dan juga kolaborasi bukan hanya di tingkat nasional, bukan hanya regional tetapi juga internasional,” tuturnya.
Asal tahu saja, penambahan pembangkit listrik dalam RUPTL PT PLN 2025-2034 ditargetkan mencapai 69,6 GW. Angka tersebut pun lebih tinggi dari RUPTL 2021–2030 yang hanya 40,6 GW.
Lebih terperinci, dalam RUPTL teranyar, 76% dari total kapasitas itu berasal dari EBT. Adapun, komposisi porsi EBT itu terdiri atas 42,6 GW atau 61% dan storage 10,3 GW atau 15%.
Sebanyak 16 GW sisanya akan berasal dari pembangkit fosil, yakni gas sebesar 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW. Sementara itu, penambahan pembangkit sebesar 40,6 GW dalam RUPTL 2021-2030 terdiri atas 20,9 GW EBT dan 19,7 GW energi fosil.
Rencana penambangan 69,5 GW pembangkit baru dalam RUPTL 2025-2034 itu akan terbagi dalam dua periode atau per 5 tahun.
Untuk 5 tahun pertama, kapasitas pembangkit yang dibangun mencapai 27,9 GW, sedangkan 41,6 GW sisanya akan dibangun pada periode 5 tahun kedua.
Tambahan kapasitas pembangkit dalam RUPTL 2025-2034 dipatok lebih tinggi demi mengejar pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.
Sumber Bisnis, edit koranbumn














