PT PLN Nusantara Power (PNP) yang sebelumnya bernama PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) mulai melakukan uji coba co-firing menggunakan bahan bakar amonia pada PLTU Gresik Unit 1 (100 MW)
Direktur Utama PNP, Ruly Firmansyah mengatakan co-firing yang merupakan program konversi bahan bakar rendah emisi karbon secara bertahap ini terus digencarkan untuk mengejar target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dan menuju zero emisi pada 2060.
“Sebelumnya di PLTU Paiton kita sudah co-firing dengan menggunakan biomassa, sekarang kita berupaya melakukan inovasi dengan menggunakan amoniak sebagai bahan bakar di PLTU gas dan BBM,” ujarnya dalam Uji Coba perdana co-firing amonia, Rabu (12/10/2022).
Dia menjelaskan dalam pengoperasian co-firing amonia ini PNP bekerja sama dengan IHI Corporation Jepang yang sebelumnya telah dituangkan dalam penandatanganan MoU rRiset Clean and Green Energy Development pada April lalu.
Direktur Operasi 1 PNP, M. Yossy Noval menjelaskan penerapan co-firing amonia dilakukan di PLTU Gresik ini lantaran pembangkitnya lebih siap baik instalasinya maupun mesinnya tidak ada masalah.
“Pada prinsipnya kita mencari unit yang paling siap, amoniak bisa dibakar di PLTUG yang kebetulan Gresik sistemnya bisa dilakukan uji coba karena ada unit yang bisa terganggu sistemnya saat uji coba,” ujarnya.
Yossy mengatakan meski saat ini harga amonia masih belum terjangkau dibandingkan dengan penggunaan gas/BBM seperti umumnya, tetapi ia berharap pemerintah turut membangun infrastruktur amoniak agar pasokan tercukupi dan harga menjadi lebih murah.
“Saat ini memang untuk uji coba kami masih pakai amonia industri yang harganya cukup mahal, tetapi kami harap dibantu pemerintah bagaimana bangun infrastrukturnya agar harganya menjadi lebih murah,” katanya.
Hasil evaluasi perbandingan menyebutkan bahwa dengan konsumsi energi sebesar 80 MW dibutuhkan bahan bakar gas sebanyak 1.088 mmBTU yang harganya saat ini US$8,1/mmBTU sehingga butuh biaya gas US$8.812 atau setara dengan harga listrik Rp1.630/kwh.
Sedangkan jika menggunakan amonia, konsumsi energi sebesar 80 MW dibutuhkan 51.017 kg amoniak dengan harga saat ini US$1,47/kg, sehingga dibutuhkan biaya amoniak sebesar US$74.945 atau setara dengan harga listrik sebesar Rp13.864,87/kwh alias lebih mahal dari bahan bakar gas.
Peneliti ahli Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eniya Listiani Dewi menilai PNP telah melakukan satu step dalam co-firing pertama menggunakan amoniak. Hal ini sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi yang meminta kerja sama dengan Jepang terkait hidrogen dan amonia.
“Untuk itu kami mendorong industri untuk masuk ke green atau blue hidrogen sehingga produksi amoniak juga bisa ditingkatkan. Selama ini amoniak banyak dipakai pabrik pupuk. Nah industri punya peran kedua sebagai penghasil emisi karbon, makanya kita dorong itu,” katanya.
General Manager IHI Jakarta Representative Office, Nobuo Uematsu mengatakan dalam pegembangan co-firing amonia ini, PNP cukup kuat, koorperatif dan agresif untuk mempercepat aplikasinya.
“Pemerintah Jepang sangat concern dengan isu lingkungan ini dan ingin terus menurunkan emisi karbon. IHI Japan sudah berhasil melakukan co-firing amoniak sebanyak 20 persen di PLTU Jepang,” katanya.
Nobuo menyadari amonia sebagai bahan bakar hijau untuk pembangkit ini masih banyak hambatan, terutama masalah pasokan yang dibutuhkan sangat besar.
Adapun hingga Oktober 2022, PLN NP telah berhasil memproduksi energi bersih melalui co-firing sebesar 168.814 MWh.
Sumber Bisnis, edit koranbumn