Entitas perusahaan pembiayaan usaha mikro Bank Rakyat Indonesia, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menargetkan penurunan pengenaan bunga terhadap para nasabah mikro pada tahun ini meski ada kenaikan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) beberapa waktu lalu.
Direktur Operasional PNM Sunar Basuki mengungkap bahwa sejak pihaknya resmi masuk ke dalam holding ultra mikro pada akhir 2021 lalu, upaya menurunkan bunga pinjaman yang harus ditanggung nasabah terus dilakukan.
“Rencana penurunan bunga ke nasabah masih direncanakan terealisasi tahun ini. Untuk infonya lengkapnya, nanti akan diumumkan bersama holding,” ujarnya
Sebagai informasi, penempatan PNM dan Pegadaian enjadi anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dalam holding ultra mikro (UMi) salah satunya bertujuan menurunkan beban bunga yang harus ditanggung nasabah.
Terkini, Sunar menyebut berkah masuk ke dalam Holding Ultra Mikro telah PNM rasakan secara nyata dari sisi kepercayaan lebih baik dari para kreditur. Hal ini akhirnya turut sejalan dengan upaya menekan biaya dana (cost of fund) dari berbagai sumber pendanaan sepanjang tahun ini.
“Penurunan cost of fund sudah terealisasi, baik terkait sumber dana yang langsung dari BRI, maupun dari perbankan lainnya. Selain itu, terlihat pula dari penerbitan obligasi maupun sukuk kami, secara umum [penawaran bunga/imbal hasil] sudah mengalami penurunan. Karena setelah masuk holding, rating kami naik jadi dobel A [idAA],” tambahnya.
Ke depan, Sunar menyebut sinergi bersama holding untuk menghadirkan efisiensi dari sisi kinerja keuangan dan operasional bukan hanya terkait pendanaan saja. Sinergi layanan satu atap (co-location) bertajuk SenyuM antara BRI, PNM, dan Pegadaian pun diharapakan semakin optimal dalam waktu dekat.
Sebagai gambaran, sampai akhir 2021, setidaknya terdapat 150 kantor co-location SenyuM yang telah tersebar di seluruh Indonesia. Tahun ini, pihak Holding Ultra Mikro menargetkan adanya 1.000 co-location SenyuM pada tutup buku akhir 2022 nanti.
“Sinergi co-location sudah tampak memberikan kemudahan dan kelancaran bagi PNM terkait penarikan dan penyetoran kas. Tapi kalau sampai ke level efisiensi beban secara umum, memang masih belum maksimal,” tutupnya.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan PNM per Juni 2022, total aset mencapai Rp45,47 triliun, tumbuh ketimbang total aset pada tutup buku tahun lalu senilai Rp43,71 triliun. Pos piutang pinjaman bersih mencapai Rp35,43 triliun, tumbuh ketimbang akhir 2021 yang senilai Rp32,37 triliun.
Pendapatan bunga dan syariah PNM tercatat tumbuh mencapai 55 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp5,63 triliun ketimbang periode sama tahun sebelumnya senilai Rp3,61 triliun. Sementara beban bunga dan syariah hanya naik tipis menjadi Rp1,27 triliun dari periode sama tahun lalu di Rp1,09 triliun.
Setelah ditambah pendapatan lain-lain, serta dikurangi beban usaha dan pajak, perusahaan pembiayaan mikro yang memiliki produk unggulan bertajuk Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) ini sukses mencetak pertumbuhan laba bersih 44 persen yoy menjadi Rp457,2 miliar, ketimbang sebelumnya Rp317,3 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn