Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai pembentukan klaster BUMN pangan sebagai hal yang positif. Toto menilai pembentukan klaster BUMN pangan memberikan terobosan dengan menyasar pada pendekatan value chain.
Toto menyebut penggabungan BUMN dalam satu klaster ini didasari rantai nilai dari hulu ke hilir seperti PTPN dan RNI yang memiliki lahan perkebunan di hulu, kemudian Pertani dan PT Sang Hyang Seri buat penyediaan bibit dan pupuk,lalu processing di sebagian PTPN, serta geser distribusi di hilir ke BGR Logistics.
“Di atas kertas konsep bagus saja,” ujar Toto
Toto menyebut persoalan terbesar terletak pada kebutuhan modernisasi di sektor hulu, seperti pabrik-pabrik gula yang sudah sangat tua dan tidak efisien serta memerlukan investasi besar dalam memperbaiki sektor off farm tersebut.
Toto menambahkan, peningkatan juga harus dilakukan untuk level produktivitas lahan (on farm), terutama kerja sama BUMN dengan petani lokal (program inti-plasma) yang mana standarisasi kualitas produk dan produktivitas perlu dijaga.
“Kalau pasokan bahan baku terhambat maka produktivitas pabrik juga bisa terganggu,” kata Toto.
Toto menilai apabila klaster BUMN pangan berjalan baik dengan asumsi restrukturisasi di hulu berjalan optimal, maka kebutuhan domestik akan beberapa komoditas utama seperti beras hingga gula mungkin bisa dipenuhi dari pasokan domestik.
Sumber Republika, edit koranbumn