PT PP Presisi Tbk., anak usaha PT PP (Persero) Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 39 persen dan laba 20 persen pada tahun ini dengan mengandalkan sejumlah strategi.
Pada tahun ini perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp5,3 triliun, naik 39 persen dari tahun lalu. Sementara itu, laba bersih ditargetkan naik 20 persen menjadi Rp397 miliar dari capaian tahun lalu sebesar Rp331 miliar.
Tahun ini perseroan juga menargetkan total kontrak baru senilai Rp7 triliun, naik 20 persen dari raihan tahun lalu sebesar Rp5,9 triliun. Adapun, belanja modal atau capital expenditure ditargetkan mencapai 1 triliun, naik 53 persen dari realisasi tahun lalu.
Investor Relations PP Presisi Bambang Suyitno mengatakan untuk mencapai target itu, perseroan akan memperluas pangsa pasar di luar grup hingga di atas 51 persen. Emiten berkode saham PPRE ini juga akan lebih berfokus menggarap pasar infrastruktur tambang.
Pengembangan peluang pasar infrastruktur tambang ini akan dilakukan melalui anak usaha, yakni PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA). Sejauh ini, lanjutnya, anak usaha tersebut masih berfokus pada bisnis alat berat. Hal ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi lini bisnis anak usaha.
Perseroan juga akan mulai memasuki bisnis non-konstruksi seperti bidang bio-remediasi dan pengolahan limbang. Hal ini, imbuh Bambang, merupakan bagian dari upaya mitigasi risiko bisnis konstruksi.
“Kami melihat potensi yang sangat besar di bidang usaha bio-remediasi dan pengelolaan limbah lainnya, antara lain pada sumur-sumur minyak tua yang selama ini dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan asing,” ujarnya .
Pada tahun lalu perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp3,85 triliun, naik 26,27 persen secara tahunan. Segmen usaha konstruksi memberi kontribusi paling besar yakni Rp3,3 triliun atau setara 84,4 persen pendapatan.
Dari sisi harga pokok pendapatan (HPP), perseroan mengalami kenaikan 30,09 persen secara tahunan menjadi Rp3 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan beban bahan/material konstruksi dan beban alat dan penyusutan.
Adapun, laba bersih yang dicatatkan perseroan pada tahun lalu tercatat sebesar Rp331,27 miliar, naik 1,49 persen secara tahunan. Peningkatannya sejalan dengan pertumbuhan pendapatan dan laba usaha perseroan.
Sementara itu, jumlah utang meningkat sekitar 16,8 persen dari Rp2 triliun menjadi Rp2,4 triliun. Utang terdiri dari utang bank dan leasing sebagai salah satu sumber pembiayaan perseroan pada tahun lalu.
Di sisi lain biaya bunga yang terkait utang tersebut meningkat 29,1% menjadi Rp215,8 miliar. Kenaikan tersebut masih terjaga dengan baik, terlihat dari net gearing ratio yang mencapai 0,7 kali, net debt/EBITDA sebesar 1,5 kali, dan serta EBITDA/interest coverage 5,5 kali.
Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso menuturkan sepanjang 2019 perseroan membukukan pertumbuhan kontrak baru sebesar 13,5 persen. Kinerja ini dinilai cukup positif di tengah kondisi bisnis yang kurang kondusif sepanjang 2019.
“Di tengah kondisi pasar konstruksi yang kurang konduksif di sepanjang 2019, kami tetap dapat kontrak baru sebesar 13,5 persen serta pendapatan bersih sebesar 26,3 persen, berkat pengelolaan kegiatan usaha konstruksi dan non-konstruksi secara terintegrasi sehingga meningkatkan perolehan pendapatan serta efisiensi sumber daya,” katanya melalui siaran pers, Rabu (18/3/2020).