Dyah Rahadyannie, Direktur Utama PP Properti, menyampaikan PPRO memandang program Danantara sebagai bagian dari agenda restrukturisasi BUMN Karya yang bertujuan memperkuat fundamental industri konstruksi secara keseluruhan.
“Sebagai entitas anak dalam ekosistem PTPP, PPRO menjalankan langkah-langkah penyesuaian internal untuk memastikan alignment terhadap arah kebijakan pemegang saham,” paparnya dalam paparan publik yang dikutip Jumat (28/11/2025).
Secara strategis, lanjutnya, PPRO berfokus pada tiga hal. Pertama, penataan portofolio proyek agar perseroan memiliki fokus yang lebih kuat pada segmen dengan perputaran arus kas yang lebih cepat dan belanja modal (capital expenditure/capex) yang efektif. Contohnya, proyek rumah tapak atau landed house.
Kedua, peningkatan efisiensi operasional dan pengendalian biaya untuk memastikan kinerja yang lebih sehat dalam jangka menengah.
“Ketiga, perkuatan governance agar kesiapan perusahaan dalam proses konsolidasi dapat terpenuhi sesuai ekspektasi regulator maupun pemegang saham.”
Dengan langkah tersebut, PPRO memastikan bahwa perubahan restrukturisasi di level BUMN karya dapat berjalan dengan baik sehingga mampu meningkatkan nilai tambah bagi seluruh stakeholders.
Ikhwan Putra P., Direktur Keuangan PPRO, menambahkan pada tahun ini perseroan telah dan sedang berproses dalam melakukan restrukturisasi organisasi secara menyeluruh, baik di lingkup kantor pusat maupun di lingkup proyek.
“Dengan dilakukannya penyederhanaan struktur organisasi diharapkan dapat memperkuat fungsi inti di perusahaan dan proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat serta terkoordinir dengan lebih solid,” tuturnya.
Selain itu, PPRO juga menerapkan sentralisasi fungsi-fungsi pendukung yang ada di proyek, seperti procurement, project monitoring, legal, dan finance untuk meningkatkan standar proses dan memperkuat kontrol internal di seluruh proyek milik PPRO.
Terkait dengan rencana merger BUMN Karya, Danantara Indonesia berencana mendorong restrukturisasi kontraktor pelat merah sebelum integrasi dilakukan. Upaya ini seiring besarnya persoalan keuangan yang melilit perusahaan konstruksi negara.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia, Dony Oskaria, menuturkan persoalan utang BUMN Karya menjadi kendala utama dalam proses integrasi. Untuk itu, langkah penyehatan bakal dilakukan sebelum proses merger berjalan.
“Kami akan perbaiki dulu dengan Danantara. Kami perbaiki, kami lakukan dulu restrukturisasi,” ujar Dony di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Dony menjelaskan bahwa setelah pembenahan dan penyehatan dilakukan, tahapan berikutnya adalah proses impairment atau penurunan nilai aset secara permanen untuk mencerminkan nilai wajar aset perusahaan.
Apabila fundamental membaik, pengelompokan BUMN Karya baru dilakukan berdasarkan skenario yang memberikan penguatan antar-BUMN terbaik.
“Jadi tahapannya nanti kita melakukan dulu perbaikan kondisi keuangannya. Dan masuk di dalamnya ada impairment juga nanti. Kemudian setelah itu baru kita kelompokkan berdasarkan skenario mana yang kemudian memberikan penguatan antar BUMN-BUMN ini. Ini akan kita lakukan,” tutup Dony.
Dengan kondisi ini, integrasi tujuh BUMN Karya dipastikan mundur hingga 2026 setelah sebelumnya diproyeksikan selesai pada Desember 2025.
Tujuh perusahaan konstruksi tersebut adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya(Persero) Tbk. (WSKT), PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).
Sumber Bisnis, edit koranbumn















