PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan penjualan semen 9,4 juta ton pada kuartal I/2020, meningkat 7 persen dibandingkan penjualan pada kuartal yang sama tahun lalu.
Dikutip dari riset PT Maybank Kim Eng Securities (MKE) perseroan membukukan penjualan sebanyak 7,9 juta di pasar domestik, naik 4,7 persen secara tahunan. Adapun, penjualan ekspor dan mencapai 1 juta ton, naik 22,9 persen.
Sementara itu, penjualan semen Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC) pada periode yang sama mencapai 500.000 ton. Jumlah penjualan semen di Vietnam ini meningkat 17,5 persen secara tahunan.
Adapun data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat, total penjualan semen di pasar domestik dan luar negeri sepanjang kuartal I/2020 terkoreksi 5,4 persen. Konsumsi dalam negeri terkoreksi 5 persen menjadi 14,9 juta ton, sedangkan ekspor turun 10 persen menjadi 1,39 juta ton saja.
MKE memproyeksikan penjualan emiten berkode saham SMGR ini akan mencapai 42,2 juta ton sepanjang 2020. Adapun, total penjualan di pasar domestik diperkirakan mencapai 36,2 juta ton. Secara industri, MKE memperkirakan total penjualan semen di Indonesia akan mencapai 67,9 juta ton.
Dengan proyeksi kinerja tersebut, MKE masih menyematkan rekomendasi beli untuk saham SMGR. Adapun target harga untuk SMGR adalah Rp11.000 per saham dengan price to book value (P/BV) 1,5 x.
Meski diprediksi masih moncer, MKE menyebutkan bahwa ada sejumlah risiko yang dihadapi oleh perseroan pada tahun ini. Salah satunya adalah risiko belum meredanya kondisi over supply atau kelebihan pasokan di dalam negeri.
Selain itu, ada pula risiko dari harga komoditas yang diperkirakan masih tinggi serta depresiasi nilai tukar rupiah. MKE menyebutkan intervensi tarif atau harga dari pemerintah juga berpotensi membuat SMGR kewalahan pada tahun ini.
Namun, sebagai catatan MKE menambahkan SMGR berpotensi memberikan dividen lebih untuk kinerja tahun 2019. Pasalnya, pemerintah sebagai meningkatkan target kontribusi dividen dari BUMN dan berpotensi membuat SMGR harus memberikan rasio dividen lebih tinggi.
MKE memproyeksikan perseroan dapat membukukan pendapatan sebesar Rp39,8 triliun pada tahun ini, meningkat tipis dari raihan pendapatan pada tahun lalu sebesar Rp39,22 triliun.
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. Anissa Septiwijaya memperkirakan perseroan dapat mencatatkan pertumbuhan penjualan sekitar 2 persen pada tahun ini.
Meski begitu, dia menilai dalam jangka pendek atau hingga semester I/2020, penjualan Semen Indonesia akan terkoreksi. Selain itu, merebaknya Covid-19 diyakini akan menghambat pembangunan infrastruktur dalam jangka pendek.
“Saya menilai penjualan Semen Indonesia akan menurun hingga semester I/2020 karena adanya libur. Namun, kami perkirakan akan ada recovery setelah itu,” jelasnya
Selain masih berpeluang mencatatkan pertumbuhan, Semen Indonesia juga masih memiliki angin segar dari penurunan harga batu bara. Penurunan harga bahan baku ini diyakini masih mampu menopang margin laba perseroan pada tahun ini.
Dia menilai SMGR masih menjadi top picks di antara emiten semen lainnya. Reliance Sekuritas memasang target harga Rp11.200 per saham dengan price to book value (PBV) 1,1 kali.
Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa dalam jangka pendek kinerja emiten semen akan kian berat. Hal ini sudah terlihat dari data penjualan Maret yang sudah cukup terkoreksi.
Dia menjelaskan penurunan penjualan masih dapat membaik jika pembatasan sosial hanya diberlakukan tak lebih dari satu bulan. Potensi penjualan yang hilang pada periode tersebut akan terakumulasi pada bulan selanjutnya.
Namun, menurutnya jika pembatasan sosial berlangsung selama lebih dari dua pekan, dapat dipastikan total penjualan akan menurun. Emiten semen harus merelakan adanya potensi penjualan yang hilang pada periode tersebut. Terlebih, jika melihat potensi kebijakan yang lebih drastis seperti karantina wilayah masih terbuka lebar.
“Satu bulan off, ya mungkin satu bulan selanjutnya tidak bisa cover yang hilang di bulan itu, paling naik hanya 20—30 persen, pulihnya paling hanya 50 persen di bulan selanjutnya,” katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, saat ini efisiensi menjadi hal utama yang harus dilakukan oleh emiten semen. Persoalannya ke depan akan tambah pelik karena penurunan tidak hanya terjadi dari sisi permintaan, tapi dari sisi pasokan.
Dia mengatakan perkembangan bisnis industri semen akan bergantung pada arah ekonomi Indonesia. Dalam kondisi ini, penanganan terhadap virus corona akan menjadi penentu arah perkembangan korporasi di tanah Air sepanjang 2020.
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini emiten yang memiliki kas kuat seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) lebih diunggulkan. Emiten ini juga memiliki rasio utang yang sangat rendah dibandingkan pesaingnya.
INTP dijagokan dengan target harga Rp16.450 per saham (PE20 35 x). Sementara itu, SMGR direkomendasikan beli dengan target harga Rp9.700 per saham (PE20 25 kali).
Sumber Bisnis, edit koranbumn