Produksi bauksit PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada 2022 akan difokuskan untuk kebutuhan dalam negeri pada 2022.
Nico Kanter, Direktur Utama Antam mengatakan, pada 2021, emiten dengan kode bursa ANTM ini melakukan ekspor secara terbatas dengan basis pelanggan di Asia Timur, selain itu Antam juga melakukan penjualan bauksit di pasar domestik.
“Pada 2022, Antam fokus pada penjualan bauksit di dalam negeri selain juga memenuhi permintaan ekspor,” jelas Nico dalam keterangan persnya, Jumat (1/4).
Meskipun tahun ini fokus di dalam negeri, perusahaan tetap optimistis komoditas bauksit masih sangat menjanjikan di pasar global. Antam akan senantiasa memaksimalkan kegiatan operasional dan berupaya memberikan kontribusi secara positif bagi Negara.
Nico juga menambahkan terkait perluasan pasar, pada prinsipnya Antam terbuka atas segala kesempatan untuk dapat mengembangkan dan memperluas pasar komoditas inti termasuk bauksit.
Antam sendiri senantiasa memperkuat portofolio bisnis Perusahaan melalui pengoptimalan potensi dan sumber daya yang dimiliki.
“Saat ini, Antam sedang menjajaki beberapa peluang bisnis dari hulu ke hilir di komoditas nikel, emas dan bauksit. Di hulu, saat ini Antam aktif melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah IUP Perusahaan serta tinjauan di beberapa daerah prospek,” kata Nico.
Menurut Nico, dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini Antam bekerja sama dengan PT. INALUM (Persero) terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
“Selain itu, PT ICA sebagai anak usaha kami juga akan meningkatkan produksi alumina sebagai bagian dari komitmen hilirisasi. Antam juga bekerjasama dengan beberapa smelter alumina dalam negeri dalam hal penjualan bijih bauksit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan serapan bauksit di pasar domestik,” tambahnya.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan juga mengamini, keputusan Antam terkait bauksit untuk fokus di dalam negeri. Menurutnya, kebutuhan utama di dalam negeri harus jadi fokus utama dan ekspor hanyalah bonus.
“Dalam negeri harus jadi fokus utama, ekpor itu bonus, apalagi dengan tingkat produksi besar harus ada dioptimalisasi,” tegas Mamit.
Menurutnya ke depan, mineral lainnya, bukan hanya batubara butuh DMO apalagi kalau pasar dalam negeri menerima maka mineral di Indonesia harus ada pengaturan yang jelas.
Apalagi Mamit menyebutkan, kalau hilirisasi benar-benar terjadi jangan sampai cadangan yang ada tidak bisa dioptimalisasi.
“Yang sulit itu kalau hilirisasi terjadi dan dalam negeri tidak bisa melakukan pengolahan, oleh karena itu pemerintah juga harus memastikan impor tidak masuk agar produk dalam negeri bisa terjaga. Kalau tidak dijaga, kasian yang hilirisasi,” pungkas Mamit.
Sumber Kontan, edit koranbumn