Jasa Tirta II Jatiluhur menggulirkan program pendampingan kepada peternak sapi. Mereka didorong untuk mengembangkan dan memanfaatkan limbah ternak sapi, misalnya menjadi biogas, kebutuhan ternak cacing dan pembuatan pupuk.
“Belum lama ini, kami telah melakukan pendampingan kepada 30 peternak sapi lokal,” ujar Kepala Divisi Umum dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Jasa Tirta II Jatiluhur Budi Satrijo dalam keterangannya, Selasa (26/7/2022).
Budi menjelaskan, dalam pendampingan tersebut para peternak ini dibekali keterampilan dalam hal perawatan dan penggunaan biogas, budi daya cacing, pupuk organik, pengeringan cacing, pembuatan bio compound dan briket serta pengaplikasian penggunaan pupuk organik.
Dia mengklaim, sejauh ini biogas menjadi salah satu program unggulan jajarannya. Selain memberikan dampak pada peningkatan kualitas air Sungai Citarum, juga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi para peternak.
Dalam pengembangan limbah ternak, para peternak mendapatkan manfaat dan keuntungan dari keberadaan biogas untuk akses energi yang digunakan sebagai bahan bakar masak dan penerangan.
“Program ini menjadi suistanibility karena memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat,” kata dia.
Sejuah ini, kata dia, dari hasil monitoring evaluasi pemanfaatan biogas di lokasi tersebut diperoleh data bahwa masyarakat pengguna biogas tidak lagi membeli tabung elpiji.
Sebelumnya, masyarakat sekitar menggunakan elpiji 3 kg sebanyak empat tabung per bulan dengan harga pertabung sebesar Rp25.000. Namun, setelah beralih menjadi pengguna biogas, setiap kepala keluarga dari mereka dapat menghemat penggunaaan elpiji sebesar Rp100.000 setiap bulannya.
Manfaat lain yang diperoleh masyarakat dari program ini tidak hanya dalam hal menghemat bahan bakan rumah tangga. Lebih dari itu, mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari hasil budi daya cacing.
Sementara itu, salah satu peternak yang ikut dalam pelatihan, Ujang Saepudin menjelaskan program ini sangat membantu perekonomian keluarganya. Dengan program ini, ia juga dapat menghemat biaya untuk pembelian gas elpiji dan mendapat penambahan penghasilan dari pembuatan pupuk organik, bioslurry dan lain-lain.
“Jadi, selain berternak kita juga mendapat tambahan ilmu untuk memanfaatkan limbahnya menjadi barang yang bernilai ekonomis,” pungkasnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn