Proses giling tebu PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X rencananya akan berakhir pada 20 Oktober 2020 dengan realisasi pencapaian produksi gula hanya sekitar 80 persen dari target.
Direktur PTPN X, Aris Toharisman mengatakan pencapaian giling yang tidak mencapai target tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi bahan baku tebu (BBT) akibat penyusutan lahan tebu di Jatim dan nasional.
Adapun pada perencanaan target, perseroan mematok giling tebu sebanyak 3,65 juta ton tahun ini, tetapi jumlah tebu giling yang direalisasikan hanya sebesar 3,32 juta ton atau 90 persen dari rencana awal.
“Selain itu, angka rendemen juga merosot tajam dibandingkan tahun lalu yang bisa mencapai 8,03 persen, sedangkan tahun ini hanya 7,02 persen,” ujarnya, Rabu (14/10/2020).
Dia mengatakan anjloknya rendemen gula sampai 12,6 persen itu terutama disebabkan oleh persaingan mendapatkan BBT yang sangat ketat bahkan cenderung tidak wajar. Menurutnya, beberapa pabrik gula yang tidak memiliki basis dukungan tebu rakyat telah membeli tebu rakyat berdasarkan bobot/berat dan bukan atas kualitas/rendemen.
“Fenomena ini (pembelian tebu berdasarkan bobot) dalam jangka pendek memang akan mendorong minat petani untuk menanam tebu sehingga ada harapan luas areal tebu akan meningkat,” katanya
Namun, lanjut Aris, di sisi lain bisa mengancam program swasembada pangan karena untuk dapat mencapai target produksi gula nasional kuantitas dan kualitas tebu harus berjalan beriringan.
“Untuk menghindari terulangnya permasalahan ini, maka kebijakan yang hadir harus dapat mengatur keseimbangan posisi para stakeholder gula sehingga program swasembada gula nasional dapat diraih secara berkesinambungan,” imbuhnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn