PTDI melakukan delivery 1 (satu) unit pesawat terbang NC212i untuk Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand dari Hanggar Delivery Center PTDI Bandung, menuju Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, yang direncanakan akan tiba pada tanggal 03 Agustus 2022.
Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM PTDI, Wildan Arief meninjau persiapan dan melepas ferry flight pesawat terbang NC212i yang kemudian akan dioperasikan oleh DRRAA, Thailand. Diterbangkan oleh Test Pilot PTDI, Captain Esther Gayatri Saleh sebagai Pilot In Command Ferry and Acceptance Mission dan Test Pilot PTDI, Captain Adi Budi sebagai Copilot, pesawat NC212i dengan tail number AX-2129 ini lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Sultan Syarif Qasim, Pekanbaru, Riau, kemudian diterbangkan kembali menuju Bandara Internasional Hat Yai, Thailand, bagian selatan di dekat perbatasan Malaysia dan dilanjutkan ke Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, sebagai destinasi terakhir.
“NC212i ini secara spesifikasi punya kapabilitas yang sangat beragam, dimana yang kita deliver hari ini adalah konfigurasi troop transport yang kemudian bisa dimodifikasi untuk rain making. Kemampuan NC212i ini sangat ideal untuk kondisi geografis Thailand, dimana kemungkinan kedepannya ada pesawat tipe lain yang juga cocok untuk kondisi geografis Thailand, yaitu N219, diharapkan bisa menjadi kontrak selanjutnya dengan Thailand. Kita juga tidak hanya menyediakan dan menjual pesawat, tapi juga deliver sampai dengan layanan purna jual, beserta dukungan suku cadangnya, itulah kenapa banyak negara yang comfort dengan kita, karena PTDI bisa jadi one stop service bagi mereka,” kata Wildan Arief, Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM.
Pesawat NC212i tersebut rencananya akan melakukan Final Acceptance oleh Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand, pada tanggal 04 Agustus 2022 yang akan disaksikan langsung oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand, Rachmat Budiman.
Penandatanganan kontrak pengadaan 1 (satu) unit pesawat terbang NC212i ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 antara PTDI dengan A.I.C.E. Enterprises (Thai) Co., Ltd. dengan end user adalah Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand.
“Selain pesawat ini, masih ada satu pesawat NC212i lagi dari kontrak lainnya yang akan di-deliver tahun ini ke Thailand, targetnya bulan Desember 2022,” tambah Wildan Arief, Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM.
Pesawat terbang NC212i ini dapat digunakan sebagai passenger transport, VIP, cargo, rain making, troop/paratroop transport dan medical evacuation yang dapat dipasang bergantian sesuai dengan kebutuhan Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand. Pesawat NC212i tersebut telah sepenuhnya dikerjakan oleh PTDI, artinya PTDI adalah satu-satunya industri pesawat terbang di dunia yang saat ini memproduksi pesawat NC212i.
PTDI sampai saat ini telah berhasil melakukan pengiriman pesawat terbang dan helikopter, baik dalam maupun luar negeri sebanyak 466 unit, dimana 120 unit diantaranya adalah pesawat NC212 series, dari total sebanyak 604 unit pesawat NC212 series di dunia.
Adapun operator dalam negeri yang menggunakan pesawat NC212 series adalah TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, BPPT, yang dalam operasinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan angkut sipil, militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA). Sedangkan, untuk operator luar negerinya adalah Thailand untuk pesawat angkut militer dan modifikasi cuaca (rain making), Filipina dan Vietnam untuk pesawat angkut militer.
Di pasar ekspor, Thailand merupakan customer kedua yang paling banyak membeli pesawat terbang produksi PTDI karena dianggap sesuai dengan medan dan kebutuhan pertahanannya. Selain itu, letak geografis Thailand yang dekat dengan Indonesia mempermudah kegiatan dukungan purna jual (after sales support).
Pesawat NC212i merupakan pesawat multiguna generasi terbaru dari NC212 dengan kapasitas 28 penumpang, memiliki ramp door, winglet, kabin yang luas dikelasnya, sistem navigasi dan komunikasi yang lebih modern, biaya operasi yang lebih rendah namun tetap kompetitif di pasar pesawat kecil.