IAF 2018, PTDI Tandatangani Framework Agreement dengan AD Trade untuk Angkatan Udara Senegal dan Pantai Gading
Indonesia-Africa Forum (IAF) 2018 bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, merupakan forum yang pertama kalinya diadakan Pemerintah Indonesia untuk mempertemukan pemerintah, pebisnis dan pemangku kepentingan dari Indonesia dan negara-negara Afrika.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla membuka IAF 2018 selain hadir untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan pertahanan yang selama ini sudah terjalin juga akan membahas isu-isu strategis antara Indonesia dan negara-negara di Afrika. Seusai membuka IAF 2018, Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla mengunjungi booth PTDI diterima oleh Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro.
PTDI sebagai salah satu industri strategis dalam negeri yang produknya telah digunakan di negara-negara Afrika, turut serta berpartisipasi dalam ajang IAF 2018. Di hari pertama penyelenggaraan IAF 2018, Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro dan President & CEO A.D. Trade Belgium Company, Gaby Peretz sebagai business partner dari Pemerintah Senegal dan Pantai Gading menandatangani Framework Agreement untuk penjualan 2 (dua) unit pesawat NC212-200 Maritime Surveillance Aircraft (MSA) dan 1 (satu) unit CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) kepada Angkatan Udara Senegal, serta 1 (satu) unit CN235-220 Military Transport kepada Angkatan Udara Pantai Gading.
Selain itu, terdapat potensi bisnis lainnya bekerja sama dengan perusahaan lokal di negara-negara Afrika tersebut terutama di bidang upgrade, modification, modernization & Maintenance Repair & Overhaul (MRO) untuk pesawat CN235 dan pesawat NC212 yang sampai saat ini masih beroperasi di negara-negara Afrika.
“Kami menawarkan kepada negara-negara di Afrika untuk pengembangan keterampilan Sumber Daya Manusia dan pengetahuan dalam industri manufaktur pesawat terbang”, kata Elfien Goentoro, Direktur Utama PTDI.
Dalam melakukan penetrasi pasar di negara-negara Afrika, PTDI dibantu oleh KBRI atau Kantor Perwakilan Republik Indonesia di negara-negara yang menjadi target pasar PTDI dan membangun kerja sama dengan Industrial Partner / business partner Luar Negeri yang mempunyai akses ke negara-negara yang menjadi target pasar PTDI.
Sebagai informasi, tanggal 27 Desember 2016 lalu, PTDI telah berhasil melakukan ferry flight pesawat CN235-220M Multi Purpose Aircraft untuk Angkatan Udara Senegal yang diterbangkan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Dakar, Senegal.
Pesawat CN235-220M Multi Purpose Aircraft dapat membawa seluruh crew dengan aman dan memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi pilot maupun crew selama perjalanan lebih dari 50 jam terbang.
“Pesawat ini sangat mudah digunakan dan memiliki fitur glass cockpit terbaik sehingga memudahkan pekerjaan kami karena mudah digunakan,’’ kata Ndiaye Amadou, Kepala Operasi Angkatan Udara Senegal, saat pesawat CN235-220M Multi Purpose Aircraft tiba di Dakar, Senegal.
Kemudian pada tanggal 08 Agustus 2017, A.D. Trade Belgium Company selaku Business Partner Senegal kembali menandatangani kontrak pembelian 1 unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft buatan PTDI untuk angkatan udara Senegal. Selain Senegal, Pesawat CN235 buatan PTDI telah digunakan oleh Burkina Faso dan Guinea.
Negara-negara Afrika lainnya mulai melirik dan berminat untuk membeli pesawat CN235 buatan PTDI, khususnya untuk keamanan nasional dan kemungkinan penggunaan dalam misi-misi perdamaian di kawasan Afrika.
Keikutsertaan PTDI dalam Indonesia-Africa Forum (IAF) 2018 akan menjadi kesempatan yang baik untuk memperkenalkan produk-produk unggulan PTDI, seperti pesawat CN235-220, NC212i dan N219 dan meningkatkan potensi ekspor Indonesia ke Afrika.
“Kami berharap IAF 2018 dapat menjalin hubungan yang baik Business to Business dan Business to Goverment negara-negara Afrika”, imbuh Elfien Goentoro.
Keunggulan Pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft
Pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) dengan kemampuan yang dimilikinya sangat tepat untuk digunakan dalam berbagai macam misi, seperti patroli perbatasan dan Zona Ekonomi Eksklusif, pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang illegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Pesawat CN235-220 MPA memiliki beberapa keunggulan, yakni dapat lepas landas dengan jarak yang pendek, dengan kondisi landasan yang belum beraspal dan berumput, mampu terbang selama 10-11 jam dengan sistem avionik full glass cockpit yang lebih modern, autopilot, dan adanya winglet di ujung sayap agar lebih stabil dan irit bahan bakar.
Pesawat CN235-220 MPA mampu mengakomodasi 2 console, dilengkapi dengan 360o Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM (Nautical Mile) dan Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi dan menemukan kapal lain untuk memperoleh gambaran perintah operasi lawan dan mengetahui posisi objek yang mencurigakan.
Dilengkapi dengan IFF Interrogator dan Tactical Computer System, sistem identifikasi yang dirancang untuk mengetahui lawan atau kawan dan terintegrasi ke dalam sistem komputer untuk menganalisis dan menentukan strategi operasi.
Pesawat udara CN235-220 MPA dilengkapi pula dengan FLIR (Forward Looking Infra Red) untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target di malam hari serta mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
PTDI saat ini, salah satu badan usaha milik negara yang didirikan pada tahun 1976, berlokasi di Bandung, Indonesia. Produk utama yang dihasilkan adalah pesawat terbang, komponen struktur pesawat terbang, jasa perawatan pesawat terbang dan jasa rekayasa. PTDI dapat memproduksi berbagai jenis pesawat terbang CN235 dalam berbagai konfigurasi misalkan konfigurasi angkut penumpang, kargo, pembuat hujan, transportasi militer, patroli maritim, survei dan pengawas pantai termasuk untuk medical evacuation.
Selain itu, PTDI juga menghasilkan berbagai pesawat terbang dengan skema kerja sama produksi bersama dengan para mitra kerja sama strategis internasional a.l dengan Airbus Defence & Space untuk pesawat C295; dengan Airbus Helicopters untuk berbagai varian helicopter AS332, H225M, Panther AS565, Dauphin AS365 dan Fennec AS350/550/555; serta dengan Bell Helicopter Textron untuk berbagai varian Bell 412. PTDI juga telah mampu membuat dan memproduksi bagian-bagian, komponen-komponen, tools dan fixtures untuk pesawat terbang Airbus A320/321/330/340/350/380.
PTDI bekerja sama dengan LAPAN telah sukses membangun pesawat N219 dan telah sukses melakukan uji terbang perdana pesawat N219 pada tanggal 16 Agustus 2017, pesawat N219 merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas 19 orang dengan dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23. Proses rancang bangun, pengujian, sertifikasi hingga nantinya akan dilakukan proses produksi adalah hasil karya anak bangsa. Pesawat N219 memiliki kemampuan lepas landas di landasan pendek yang tidak dipersiapkan sehingga akan menjadi konektivitas antar pulau terutama di wilayah Perintis.
Siaran Pers PT Dirgantara Indonesia (Persero)