Pendapatan petani tebu menjadi unsur terpenting jika Indonesia ingin kembali mencapai swasembada gula. Peningkatan pendapatan itu, perlu dukungan dari para perusahaan pabrik gula berbasis tebu lewat peningkatan sisa hasi usaha (SHU) para mitra petani.
Direktur Produksi dan Pengembangan Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Mahmudi, mengatakan, kondisi industri gula dalam negeri membutuhkan perhatian serius. Upaya swasembada gula dari tahun ke tahun terus dicanangkan namun tetap menyisakan berbagai persoalan.
“Salah satu yang bisa mendorong swasembada gula adalah kemitraan kita dengan petani tebu karena kita sadar betul petani yang berada di garda terdepan,” kata Mahmudi dalam webinar, Selasa (28/9).
Mahmudi mengatakan, 60 persen pabrik gula di Indonesia merupakan milik PTPN. Karena itu, penting bagi PTPN untuk meningkatkan kemitraan bersama petani yang disertai dengan kenaikan SHU setiap tahunnya.
Ia memaparkan, kondisi saat ini total area perkebunan tebu PTPN hanya 150 ribu hektare dengan produktivitas tebu 67 hektare dan rendemen 7 persen. Dari situ diperoleh produksi gula sekitar 4,67 ton per hektare atau total sekitar 702 ribu ton.
Dengan kondisi tersebut, rata-rata SHU petani hanya Rp 3,7 juta per hektare. “Kita harus wujudkan kesejahteraan petani. Cita-cita kita SHU harus naik menjadi 21,2 juta per hektare,” kata Mahmudi.
Peningkatan SHU tersebut ditargetkan bisa tercapai pada 2024 di mana PTPN dapat menjalin kerja sama strategis dengan petani. Menurut dia, itu dapat dicapai jika lahan perkebunan tebu bisa mencapai 248 ribu hektare dengan produktivitas 84 ton per ha dan rendemen 8,6 persen.
Dari komposisi tersebut, produksi gula bisa ditingkatkan menjadi 7,22 ton per hektare atau 1,8 juta ton secara total.
“Kita sudah memulai langkah-langkah menuju ke sana, salah satunya dengan membentuk Sugar Company,” katanya. Sugar Company baru dibentuk pada 17 Agustus 2021 lalu dan menjadi entitas tunggal dengan menggabungkan 35 pabrik yang meliputi tujuh anak usaha Holding PTPN III.
Lebih lanjut, Mahmudi menerangkan, PTPN juga harus melakukan penataan komposisi penggunaan varietas unggul. Selain itu, optimalisasi masa tanam dengan kemudahan fasilitas dan pinjaman pendanaan serta penggunaan aplikasi digital dalam mengatur pemupukan tepat waktu dan dosis.
Upaya lain dilakukan dengan optimalisasi manajemen tebang angkut melalui mekanisasi panen tebu, peningkatan kualitas mutu tebangan, percepatan bongkar ratoon, hingga pembenahan manajemen pengairan.
“Dengan ini semua, Holding PTPN III akan bertransformasi dan diharapkan tahun 2024 kita sudah bisa melakukan kemandirian gula khususnya untuk gula konsumsi,” kata Mahmudi.
Seperti diketahui, kebutuhan gula secara nasional mencapai 6 ton per tahun. Terdiri dari 3 juta ton gula konsumsi dan 3 juta ton gula untuk industri makanan dan minuman. Saat ini, produksi nasional Indonesia baru mencapai angka 2 juta hingga 2,2 juta ton gula tebu yang sepenuhnya diserap untuk kebutuhan konsumsi.
Sumber Republika, edit koranbumn