PT Perkebunan Nusantara V menargetkan empat pembangkit tenaga biogas (PTBg) dengan memanfaatkan limbah cair atau palm oil mill effluence (POME) pabrik kelapa sawit selesai dibangun dan beroperasi pada 2021 ini.
Chief Executive Officer PTPN V, Jatmiko K Santosa mengatakan satu unit PTBg hasil sinergi bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ristek BRIN, dan lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP) yang berlokasi di Pabrik Kelapa Sawit Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Riau, telah selesai dan siap untuk dioperasikan.
“Untuk di Sei Pagar Insya Allah dalam waktu dekat akan segera diresmikan,” katanya dalam siaran pers, Senin (30/8/2021).
Sementara tiga unit PTBg lainnya yang dibangun secara mandiri oleh PTPN V berdasarkan transfer ilmu dan pengalaman inovasi teknologi pemanfaatan biogas dari BPPT masih dalam tahap pembangunan. Ketiganya berlokasi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PKS Lubuk Dalam, PKS Tapung, dan PKS Rokan dengan progres rata-rata mencapai 60 persen.
Jatmiko menjelaskan, pemanfaatan limbah cair sawit menjadi salah satu program utama PTPN V dalam upaya menekan cost production dan menambah income perusahaan. Selain itu, langkah tersebut juga selaras dengan komitmen perusahaan milik negara tersebut untuk menekan emisi gas rumah kaca serta mendorong konversi energi dan sumber daya alam yang efesien.
Dalam pelaksanaannya, Jatmiko yang juga Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Riau itu memaparkan PTPN V menggunakan konsep PTBg Covered Lagoon.
Konsep tersebut diawali dengan membangun kolam raksasa untuk menampung limbah cair atau POME. Kolam selanjutnya dipasang terpal cover berbahan HDPE berukuran besar untuk menangkap gas methane yang dilepaskan limbah cair.
Gas yang terperangkap lalu dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler atau bejana penghasil uap untuk disalurkan sebagai sumber penggerak turbin atau langsung dimanfaatkan untuk sterilizer atau pemasak buah sawit.
“Selama ini operasional boiler kita menggunakan pembakaran cangkang. Nah, dengan PTBg ini, maka cangkang yang awalnya untuk pembakaran bisa sebagai diversifikasi bisnis dan menjadi income baru perusahaan,” ujarnya.
Lebih jauh, ia mengatakan keberadaan empat PTBg tersebut melengkapi dua pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) yang telah terlebih dahulu berdiri di dua pabrik PTPN V, yakni PLTBg Tandun dan Terantam.
PLTBg Tandun beroperasi sejak 2012 silam. Keberadaan PLTBg berkapasitas 1,6 MW itu berhasil menekan cost biaya solar mencapai Rp5,8 miliar pertahun. Selain itu, sepanjang 2020 lalu PLTBg Tandun juga berkontribusi penambahan insentif International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) sebesar Rp9,4 miliar.
Begitu juga dengan PLTBg Terantam yang diresmikan awal 2020 lalu turut menyumbang penghematan hingga Rp1,6 miliar sepanjang semester pertama 2021 ini. Selain itu, PLTBg Terantam turut berkontribusi penambahan insentif Rp4,8 miliar dari ISCC.
“Bisa dibayangkan seberapa besar potensi finansial yang bakal diperoleh perusahaan, baik dari berkurangnya cost production hingga insentif ISCC melalui PLTBg maupun PTBg ini. Potensi yang kita miliki masih sangat besar, dan menjadi tugas kita bersama untuk mewujudkannya,” ujarnya.
“Insya Allah PTPN V akan menjadi perkebunan negara pertama yang seluruh pabrik kelapa sawitnya memiliki fasilitas biogas. Optimalisasi aset yang menciptakan nilai tambah, merupakan komitmen Perseroan untuk menjadi perusahaan agribisnis terintegrasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,” lanjut dia.
Sumber Bisnis, edit koranbumn