BUMN Karya PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) berencana melepas 47,81% kepemilikan sahamnya di PT Celebes Railway Indonesia kepada PT Solra Energi Terbarukan dengan nilai transaksi mencapai Rp282,1 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, aksi korporasi tersebut dilakukan melalui perjanjian jual beli saham bersyarat antara kedua pihak sebagai bagian dari langkah penataan portofolio dan penguatan fokus bisnis inti perseroan.
Manajemen PTPP menuturkan bahwa divestasi meliputi 142.180 saham atau setara 47,81% dari modal ditempatkan dan disetor di PT Celebes Railway Indonesia (CRI). Adapun, PT Solra Energi Terbarukan (SET), merupakan perusahaan di Jakarta yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan PTPP.
“Nilai rencana transaksi berdasarkan perjanjian jual beli saham bersyarat adalah Rp282.103.175.000 [Rp282,1 miliar],” ungkap manajemen PTPP dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu (12/11/2025).
PT Celebes Railway Indonesia atau yang dikenal sebagai PT CRI adalah Badan Usaha yang beroperasi di bidang transportasi perkeretaapian di Indonesia sebagai Operator Prasarana Kereta Api, khususnya di Sulawesi Selatan. Perusahaan bertanggung jawab atas perawatan dan pengoperasian rel kereta api di wilayah Sulawesi Selatan.
PT PP menyebut transaksi ini sejalan dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2025–2029 bertema back to core, yang menekankan efisiensi operasional serta mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan menyelaraskan portofolio investasi.
Penataan portofolio melalui divestasi juga diharapkan meningkatkan arus kas operasional sekaligus mendukung pengembangan usaha pada lini bisnis inti.
“Dana hasil divestasi juga akan menambah likuiditas perseroan karena berkurangnya utang dan terdapat peningkatan dari sisi profitabilitas karena berkurangnya beban keuangan,” tutur manajemen PTTP.
Saat ini, struktur kepemilikan saham CRI terdiri atas PTPP sebesar 47,81%, PT Bumi Karsa menggenggam 25,31%, PT China Communication Construction Engineering Indonesia 22,50%, dan PT Iroda Mitra 4,37%.
Dengan strategi tersebut, PTPP akan kembali fokus pada kegiatan usaha inti yaitu konstruksi, gedung, infrastruktur, dan engineering, procurement & construction (EPC) yang menjadi penyumbang lebih dari 80% pendapatan.
Sementara itu, hingga kuartal III/2025, perusahaan konstruksi pelat merah ini membukukan laba bersih Rp5,55 miliar atau anjlok 97,92% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp267,28 miliar.
Pada saat bersamaan, pendapatan PTPP turun 23,33% year on year (YoY) menjadi Rp10,73 triliun dari sebelumnnya Rp14 triliun pada kuartal III/2024.
Raihan itu antara lain berasal dari segmen konstruksi senilai Rp8,99 triliun, EPC Rp781,80 miliar, properti dan realti Rp544,46 miliar, pendapatan keuangan atas konstruksi aset Rp247,32 miliar, serta pertambangan Rp190,21 miliar.
Penurunan pendapatan kemudian diikuti efisiensi beban pokok yang juga menyusut 26,14% YoY menjadi Rp9,12 triliun. Alhasil, laba kotor PTPP mencapai Rp1,61 triliun atau turun 2,36% dari Rp1,65 triliun pada tahun lalu.
PTPP juga membukukan sejumlah beban, di antaranya beban usaha sebesar Rp595,31 miliar, beban keuangan Rp1,5 triliun, serta beban lainnya Rp590,24 miliar. Hal ini membuat laba tahun berjalan PTPP tersisa Rp15,24 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn
















