Direktur Operasi dan Produksi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Hanggara Patrianta mengatakan, perusahaan terus berinovasi dan menggali lebih banyak potensi lewat inovasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus mendominasi Asia Pasifik pada lima tahun ke depan.
Hanggara menyampaikan, pembangunan pabrik untuk soda ash di Bontang, Kalimantan Timur, merupakan salah satu upaya diversifikasi usaha yang berfokus pada produk bernilai tambah yang ramah lingkungan.
“Soda ash menjadi salah satu komponen bahan baku yang sangat diperlukan di kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun, hingga kini untuk memenuhi kebutuhan soda ash, Indonesia masih harus mengandalkan impor,” ujar Hanggara di Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Berdasarkan data, Hanggara melanjutkan, Indonesia mengimpor 916.828 metrik ton soda ash per tahun pada 2022 untuk memenuhi kebutuhan domestik. Hanggara memperkirakan impor soda ash akan terus meningkat hingga 1,2 juta metrik ton per tahun pada 2030.
PKT, kata Hanggara, melihat peluang positif ini sebagai bagian dari upaya diversifikasi usaha yang sejalan dengan tujuan pemerintah membangun Indonesia yang lebih mandiri energi dan industrinya. Hanggara mengatakan PKT mengambil peran melalui diversifikasi usaha yang dilakukan untuk meningkatkan peluang usaha dalam negeri.
“Kami ingin menjadi salah satu pelopor untuk mengurangi impor dengan menyiapkan soda ash produksi dalam negeri,” kata Hanggara.
Project Manager Soda Ash, PKT, Wildan Hamdani, mengatakan PKT bersiap membangun pabrik soda ash dengan kapasitas 300 ribu mpty di lahan seluas 16 hektere. Pada tahap awal dari pembangunan pabrik soda ash ini, wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur diikuti oleh Riau, Sumatra Selatan, dan Sumatra Utara akan menjadi sasaran utama distribusi soda ash nantinya.
“Jika semua berjalan lancar, ditargetkan pabrik soda ash ini akan selesai dibangun pada akhir 2026,” ujar Wildan.
VP Riset PKT Awalia Noor Baroroh mengatakan pembangunan pabrik soda ash ini merupakan salah satu upaya PKT dalam menerapkan praktik ekonomi sirkular yang memanfaatkan produk sampingan CO2. Awalia menyampaikan produksi soda ash nantinya akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik dan amonia sebagai by product pembuatan urea.
“Selain bisa mengurangi impor, ini nantinya akan menyerap lebih banyak CO2 sekitar 174 ribu ton per tahun sehingga beban emisi CO2 perusahaan tidak hanya berkurang, tapi juga dapat digunakan menjadi produk yang lebih bermanfaat untuk industri dan kehidupan harian masyarakat,” kata Awalia.
Sumber Republika, edit koranbumn