PT Pupuk Sriwidjaja atau Pusri Palembang bakal menggenjot penjualan pupuk komersial seiring adanya pemangkasan alokasi pupuk bersubsidi pada tahun depan.
Direktur Utama PT Pusri Palembang Mulyono Prawiro mengatakan alokasi pupuk bersubsidi yang ditetapkan pemerintah menjadi 8,5 juta ton dari sebelumnya 9,5 juta ton pada tahun ini.
“Tantangan ke depan, akan ada pengurangan ketersediaan pupuk public service obligation (PSO). Jelas ini berpengaruh juga pada alokasi dari PT Pusri, dengan pengurangannya sekitar 10%–15%,” katanya saat acara pengantongan akhir 2018 dan pengantongan perdana 2019, Senin (24/12/2018).
Mulyono memaparkan pihaknya selama ini menyalurkan pupuk PSO sekitar 50% dari total produksi perusahaan.
Menurut Mulyono, meskipun ada pemangkasan jumlah pupuk subsidi bagi petani, namun hal itu dirasa tidak akan terlalu berpengaruh signifikan, sebab pupuk akan dilakukan penjualan secara komersial. “Alokasi subsidi berkurang, maka harus kita jual sisanya menjadi produksi komersil,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Mulyono, pihaknya bakal berupaya keras untuk menjual pupuk tahun depan dengan skema komersil.
“Ini jadi kerja keras kami, sebab produksi pada tahun 2019 sekitar 2,05 juta ton lagi, dan harus kita jual habis, tidak boleh menambah stok, karena akan menambah biaya,” katanya.
Dia memaparkan sepanjang tahun 2018 Pusri berhasil berhasil memproduksi pupuk di atas target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), di mana untuk produksi amoniak yang terealisasi sebanyak 1,53 juta ton atau 108% dari RKAP yang ditetapkan sebanyak 1,41 juta ton.
Sementara produksi urea tercatat sebanyak 2,17 juta ton atau 107% dari RKAP 2,02 juta tonyang berasal dari pabrik Pusri IB, III, IIB dan IV.
“Sedangkan untuk pabrik NPK terealisasi 104.290 ton atau 104%, dari RKAP 100.000 ton. Jelas ini membanggakan dalam kondisi saat ini, bisa memproduksi over dari yang ditargetkan, dan juga pemasaran yang produknya sudah terjual habis,” katanya.
Mulyono menambahkan, persaingan bisnis pupuk ke depan akan sangat ketat, dan menjadikan pihaknya untuk melakukan efisiensi khususnya pada bahan baku gas, yang harganya masih belum bersaing dengan kompetitor.
Belum lagi pabrik tua yang boros penggunaan gas khususnya pabrik Pusri III dan IV, terus berbenah agar bisa bersaing terhadap serbuan pupuk asal China.
Dia menerangkan pabrik pupuk China memiliki pabrik generasi baru dan teknologi efiensi serta bahan baku yang murah. “Peta persaingan hampir sama tahun 2019 nanti, di mana China juga melakukan kegiatan efiensi di produksi mereka sehingga relatif sama.”
Mulyono mengemukakan pihaknya mau tidak mau harus bertransformasi seiring perubahan iklim bisnis yang sudah terjadi, baik nasional regional dan global. “Maka kita harus berubah dan adaptasi perubahan itu, serta meningkatkan kompetensi terutama di bidang teknologi digital. Di mana, ini suatu keniscayaan,” ujarnya
Sumber bisnis / edit koranbumn.com