Pembagian dividen bank-bank milik negara diperkirakan akan tetap besar tahun ini mengingat kontribusinya terhadap penerimaan negara. Modal yang tersisa pun diperkirakan masih akan tetap kuat menjamin keberlangsungan bisnis 2021
Adapun, dua bank terbesar Tanah Air PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT bank Mandiri (Persero) Tbk menyumbang rasio dividen yang cukup besar pada tahun lalu, yakni 60 persen dari total laba masing-masing.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menyumbang masing-masing sebesar 25 persen dan 10 persen.
Dalam perkembangan lain, Kementerian Keuangan telah mengumumkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari dividen yang diberikan oleh para BUMN hanya akan mencapai Rp26,1 triliun pada 2021.
Sumbangan tersebut turun 46,7 persen dari target sumbangan dividen perusahaan pelat merah ke negara mencapai Rp49 triliun pada 2020.
Berdasarkan sektornya, sumbangan dividen dari BUMN perbankan diperkirakan mencapai Rp11,9 triliun. Sisanya sekitar Rp14,2 triliun dari BUMN non-bank.
Ekonom senior Indef Aviliani menyampaikan pandemi saat ini adalah kondisi yang sangat sulit bagi pemerintah selaku pemegang saham dan bank selau pengelola investasi pemerintah.
Namun, dia memperkirakan rasio dividen payout untuk tahun buku 2020 akan tetap sama dengan 2019 lantaran kebutuhan pemerintah untuk PNBP dan kecukupan modal bank pelat merah yang masih kuat.
“Saya rasa bank pelat merah masih mampu memberi kontribusi yang cukup baik bagi PNBP tahun ini,” sebutnya, Rabu (13/1/2020).
Di samping itu, Aviliani menyebutkan perbankan tahun ini masih sangat berhati-hati untuk menyalurkan kreditnya sehingga tak banyak memperlukan modal tambahan modal.
Kecukupan modal yang diperlukan perbankan pun, menurutnya masih akan mampu dijawab dengan surat utang tanpa perlu mengharapkan penyuntikan modal baru.
“Lagi pula, Bank BUMN merupakan cash cow pemerintah sehingga pemerintah juga tidak akan rela porsi kepemilikannya turun,” sebutnya.
Terkait dengan percetakan laba yang terpangkas, Aviliani mengatakan strategi yang dilakukan bank-bank pelat merah sudah sangat tepat. Sebagai agen pembangunan, bank pelat merah dapat fokus pada keberlangsungan bisnis tanpa perlu repot menimbang keuntungan dari pemilik saham.
“Iya justru ini sisi bagus dari bank pelat merah. Mereka bisa pupuk pencadnagan dengan cepat,” katanya.
Berdasarkan data OJK, laba bersih bank persero per Oktober 2020 tercatat hanya Rp32,85 triliun, terpangkas 47,07 persen secara tahunan.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan siap menyetor dividen dengan rasio lebih tinggi dari laba tahun buku 2020 jika pemerintah membutuhkan.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menyampaikan penentuan besaran dividen merupakan kewenangan pemegang saham dalam hal ini pemerintah dan pemegang saham lainnya yang akan diputuskan pada saat pelaksanaan RUPS Tahunan.
Dalam setiap usulan besaran dividen, BRI selalu memperhatikan beberapa faktor, antara lain tingkat kecukupan modal, keberlanjutan pertumbuhan bisnis serta kemampuan bank dalam memitigasi timbulnya risiko yang ada.
“Dengan kondisi CAR [rasio kecukupan modal/ capital adequacy ratio] BRI saat ini, kami siap apabila diminta pemerintah untuk membayar dividend ratio sama seperti tahun lalu atau pun lebih,” katanya
Sumber Bisnis, edit koranbumn