PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) baru merealisasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai sekitar US$ 5 juta atau sekitar 10% dari total anggaran yang direncanakan di tahun ini. Dana capex tersebut sebagian besar digunakan untuk pengembangan kapasitas hangar di Denpasar, Bali.
Asal tahu saja, GMFI menyiapkan capex sebesar US$ 50 juta tahun ini. Sebagian besar dialokasikan untuk ekspansi bisnis baik secara organik dan non-organik.
Rian Fajar Isnaeni, VP Corporate Secretary & Legal GMF AeroAsia mengatakan, GMFI terus menerus menyesuaikan dan mengevaluasi rencana bisnis yang sudah dicanangkan pada tahun ini. Sepanjang semester I-2020, GMF melakukan langkah proaktif untuk mempertahankan likuiditas perusahaan untuk mengantisipasi dampak signifikan Pandemi COVID-19 terhadap industri penerbangan.
“Secara umum semua sektor industri saat ini terdampak oleh pandemi COVID-19, hal ini tentunya berpengaruh terhadap kinerja GMFI. Saat ini kami terus melakukan evaluasi terhadap rencana ekspansi dengan melakukan kajian yang lebih mendalam, mempertimbangkan ketidakpastian akibat dari pandemi ini. Tentunya saat ini kami harus lebih jeli dalam mengevaluasi prospek pasar ke depannya,” ujar Rian
GMFI juga mengalami penurunan secara bisnis 25% hingga 50% dan mulai melakukan peningkatan pangsa pasar internasional non-afiliasi. Menurut Rian, pandemi Covid-19 mengakibatkan pembatasan aktivitas reparasi dan pemeliharaan (overhaul) pesawat udara. Selain itu juga pembatasan aktivitas line maintenance di sejumlah outstation yang terdampak penurunan aktivitas penerbangan serta pembatasan aktivitas distribusi akibat keterbatasan angkutan freighter.
Penurunan bisnis lebih tajam diperkirakan terjadi untuk semester I/2020. Berdasarkan laporan tertulisnya yang dikutip dari keterbukaan informasi publik pada Kamis (23/7), GMFI memproyeksikan penurunan laba bersih hingga sebesar 75% untuk periode yang berakhir per 30 Juni 2020 dibandingkan dengan pada 30 Juni 2019.
Pada sektor pelayanan dan perawatan pesawat tetap berupaya mencari pelanggan-pelanggan baru dalam kondisi saat ini untuk menambah pendapatan. Untuk customer baru saat ini, secara prinsip pihaknya sudah mendapatkan beberapa order maintenance di GMF dari berbagai pelanggan internasional. Sejalan dengan hal tersebut, pihaknya masih berkoordinasi secara intensif dengan departemen keimigrasian terkait warga asing yang akan masuk ke wilayah RI.
Sejauh ini, jumlah pelanggan pengguna jasa perawatan GMFI mencapai 190 pelanggan yang tersebar di 60 negara di 5 benua. Sejalan dengan aksi tersebut, GMFI juga melakukan renegosiasi penyesuaian kontrak terkait kondisi pada masa pandemi saat ini. Adapun, lingkup perjanjian negosiasi ini menyesuaikan kebutuhan pelanggan GMF.
“Semua stakeholder kami pasti akan melakukan restrukturisasi kontrak dengan GMF begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dilakukan agar ekosistem industri penerbangan ini tidak semakin terpuruk,” katanya.
Untuk bisa bertahan di masa pandemi ini, perseroan telah melakukan berbagai upaya bertahan hingga menetapkan rencana pemulihan untuk menyelamatkan kondisi perusahaan. Hal tersebut adalah menjaga likuiditas perseroan melalui renegosiasi vendor dan kreditur, tidak memperpanjang kontrak tenaga alih daya yang berakhir kontraknya pada 30 Maret 2020, serta memaksimalkan efisiensi.
“Kami sangat berharap kondisi penerbangan baik di domestik maupun internasional segera pulih kembali saat ini. Dengan banyaknya negara maupun wilayah yang mulai membuka sektor perekonomian saat ini, kami optimis hal tersebut akan menggairahkan kembali industri penerbangan dengan tetap mengedepankan pola adaptasi kebiasaan baru,” paparnya.
Rian menjabarkan, untuk menahan penurunan pendapatan pihaknya telah melakukan penyesuaian sensitivitas tarif berdasarkan tingkat jam terbang untuk perjanjian perawatan dengan harga tetap kepada PT Garuda Indonesia Tbk. Perseroan juga menindaklanjuti untuk melakukan negosiasi dengan pelanggan-pelanggan baru yang potensial untuk menambah pendapatan.
Menurut Rian, kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan menghadapi tantangan eksternal bergantung kepada penghasilan arus kas termasuk penagihan piutang usaha dan tagihan bruto dari pelanggan maskapai-maskapai penerbangan, agar bisa membayar liabilitas secara tepat waktu.
“Saat ini kami berfokus untuk menyesuaikan business process yang ada di Perusahaan serta semakin menggalakkan upaya efisiensi agar bisnis kami semakin lean. Selain itu kami juga mencoba untuk mulai merambah ke industri yang tidak terlalu terdampak oleh pandemi ini. Sebagai Perusahaan terbuka, Kami akan memastikan bahwa seluruh aksi korporasi yang akan dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujar Rian.
Sumber Kontan, edit koranbumn