Pada tahun 2021, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) akan fokus dalam memperkuat kesehatan bisnis perusahaan dan mengakselerasi transformasi digital demi menghadapi perubahan perilaku pelanggan.
Pujo Pramono, VP Corporate Communication Telkom mengatakan, dalam rangka mendukung pertumbuhan bisnis ke depan, Telkom akan terus mengembangkan segmen bisnis seluler melalui Telkomsel khususnya memperkuat digital business, dan memperkuat segmen consumer melalui produk andalan fixed broadband IndiHome.
“Selain itu memberikan layanan enterprise solutions melalui segmen enterprise dan terus membangun infrastruktur baik backbone, akses, maupun data center disertai pengembangan berbagai solusi layanan digital untuk memperkuat customer experience,” jelas Pujo
Secara konsolidasi, Telkom akan mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun 2021 kurang lebih sebesar 25% dari pendapatan. Sekitar 35%-40% dari capex akan dialokasikan untuk pengembangan segmen mobile khususnya untuk memperkuat jaringan 4G dan penguatan IT system.
Sedangkan lainnya untuk pengembangan segmen fixed lain, terutama untuk membangun jaringan akses, jaringan backbone, pembangunan data center dan pengembangan bisnis tower. “Sebagian besar pendanaan capex tahun ini akan berasal dana internal, dan sisanya berasal dari pendanaan eksternal khususnya perbankan,” katanya.
Selain itu, pihaknya berharap pada tahun 2021 ini Telkom akan kembali mencatatkan pertumbuhan positif dengan didorong oleh pertumbuhan layanan data di Telkomsel, ekspansi layanan fixed broadband IndiHome dan turn around bisnis enterpise.
Pujo menyebut, peta persaingan bisnis mobile akan turut dipengaruhi oleh rencana merger dari dua operator telco.
Seperti diketahui, raksasa keuangan asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings Ltd. dikabarkan mendekati kesepakatan dengan Ooredoo QPSC asal Qatar, berkaitan dengan rencana konsolidasi operasi telekomunikasi dua anak usaha mereka di Indonesia. Hutchison memiliki bisnis operator Tri yakni ke PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia), sementara Ooredoo memiliki sekitar 65% saham PT Indosat Tbk (ISAT).
“Apabila merger kedua operator tersebut terwujud, diharapkan akan memberikan dampak yang baik bagi industri dan mengurangi tingkat kompetisi yang cukup intens dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap Pujo.
Sementara itu, untuk bisnis fixed broadband, pihaknya berpandangan tingkat kompetisi akan tetap sehat dan rencana ekspansi IndiHome dapat terealisasi dengan baik, sehingga pihaknya berharap akan semakin banyak rumah tangga yang dapat menjangkau dan mengakses layanan internet dan konten berkualitas tinggi.
Telkom menargetkan, jumlah pelanggan baru IndiHome dapat bertambah 1,6 juta pada 2021. Jumlah ini lebih tinggi dari capaian tahun 2020 yang sebesar kurang lebih 1 juta pelanggan baru.
“Kenaikan target tersebut didasarkan pada kebutuhan masyarakat terhadap layanan konektivitas berkualitas tinggi ke rumah-rumah semakin besar. Potensi pasar untuk layanan fixed broadband di Indonesia juga dinilai masih sangat besar,” imbuh Pujo.
Sejumlah rencana bisnis baru juga tengah dipersiapkan TLKM pada awal tahun ini, yaitu meliputi pengembangan konektivitas dan platform Internet of Things (IoT) juga memiliki rencana untuk menambah satelit baru.
SVP Corporate Communication & Investor Relations Telkom Ahmad Reza mengatakan, IoT merupakan bagian dari digital platform, yaitu salah satu domain bisnis digital yang tengah fokus dikembangkan Telkom. Pada tahun ini, pengembangan solusi IoT Telkom akan difokuskan pada sektor utilitas, transportasi dan logistik.
Pengembangan bisnis tersebut dilakukan dengan cara mengembangkan dua rantai nilai yang ada di IoT milik Telkom, yaitu bisnis konektivitas khusus IoT (LoRaWAN) dan pengembangan platform IoT (Antares).
Telkom juga akan berkolaborasi dengan para perusahaan rintisan serta bekerja sama dengan berbagai perusahaan yang telah terlebih dahulu mengembangkan bisnis IoT di luar negeri. Ia menyebut, tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan bisnis IoT saat ini adalah proses panjang untuk implementasi teknologi IoT.
“Pelanggan perlu merasakan pengalaman dan manfaat yang ditawarkan oleh IoT tersebut sehingga dibutuhkan mekanisme bukti konsep atau proof of concept (PoC) sebelum komersial di pasar. Melalui tahapan PoC, Telkom tidak hanya memperoleh manfaat dari sisi pelanggan yang merasakan hasilnya, tetapi juga dapat mendukung Telkom dalam pengembangan kapabilitas dan portfolio perusahaan,” pungkas Reza.
Sumber Kontan, edit koranbumn