PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) berencana melepas pemilikan jalan tol yang tergabung dalam jaringan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Hal tersebut dilakukan untuk meringankan beban arus kas perseroan.
Seperti diketahui, WSKT mempunyai saham di tiga ruas pada jaringan JTTS, yakni Tol Kuala Tanjung-Parapat, Medan-Tebing Tinggi, dan Kayu Agung-Betung. Sejauh ini, perseroan telah berhasil mendivestasikan ruas Medan-Tebing Tinggi, sedangkan dua ruas lainnya sedang dalam proses divestasi.
“Ini diharapkan akan membantu mengembalikan equity Waskita yang ada di [beberapa] ruas tersebut,” kata Direktur Utama WSKT Destiawan Soewardjono kepada Bisnis, Kamis (30/9/2021).
Total panjang ketiga jalan bebas hambatan tersebut mencapai 317 kilometer. Adapun, total investasi yang ditelan oleh tiga ruas tol tersebut mencapai Rp39,5 triliun atau sekitar sekitar Rp124,6 miliar per kilometer.
Sejauh ini, WSKT telah melepas kepemilikannya di ruas Medan-Tebing Tinggi kepada investor asing. Total kepemilikan ruas yang dilepas sebesar 30 persen senilai Rp824 miliar, sementara itu kepemilikan WSKT dalam ruas Medan-Tebing Tinggi sebesar 15 persen.
Destiawan mengatakan perseroan juga akan menjual pemilikan perseroan pada ruas Kuala Tanjung-Parapat. Total pemilikan WSKT dalam ruas tersebut sejauh ini mencapai 30 persen, sedangkan pemegang saham terbesar adalah PT Hutama Karya (Persero) sebesar 40 persen.
“Kami menawarkan [Tol Kuala Tanjung-Parapat] diakuisisi oleh Hutama Karya. [Penawaran itu] sudah mendapatkan persetujuan dari Kementerian BUMN dan [sedang] diproses akuisisi oleh Hutama Karya,” ucapnya.
Seperti diketahui, ruas Kuala Tanjung-Parapat memiliki total panjang 143 kilometer dan menelan investasi sekitar Rp13,4 triliun. Ruas tersebut masih dalam tahap konstruksi dengan perkembangan konstruksi di level 61,88 persen dan dijadwalkan rampung akhir 2021.
Di sisi lain, Destiawan menyampaikan konstruksi di ruas Kayu Agung-Betung telah melemahkan kemampuan arus kas perseroan. Kondisi yang dimaksud adalah adanya kesalahan investigasi lahan yang membuat biaya konstruksi membengkak.
Destiawan menjelaskan bahwa ada kesalahan asumsi kondisi lahan saat proses konstruksi di sekitar Kayu Agung. Adapun, Kayu Agung merupakan kawasan rawa yang kaya dengan tanah alluvial atau memiliki konten air yang tinggi.
Kesalahan asumsi tersebut membuat proses perbaikan tanah sebelum proses konstruksi dimulai tidak maksimal. Alhasil, WSKT kini harus melakukan proses perbaikan tanah saat proses konstruksi usai.
“Di sini cukup besar ekuitas Waskita yang terserap karena ruas ini belum [memenuhi syarat untuk mengajukan] kredit investasi,” ujarnya.
Karena itu, WSKT mendapatkan penanaman modal negara (PMN) sekitarRp5,9 triliun untuk melanjutkan sisa konstruksi, yakni dari Palembang hingga Betung. Total ruas yang harus dibangun mencapai 69,19 kilometer dari total panjang tol Kayu Agung-Betung mencapai 111.69 kilometer.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) mendata total investasi yang ditelan dalam konstruksi ruas tersebut mencapai Rp14,44 triliun. Sementara itu, biaya konstruksinya sekitar Rp9,84 triliun dengan biaya pembebasan tanah di kisaran Rp450 miliar.
Untuk meringankan beban ekuitas perseroan, Destiawan mengatakan perusahaan sedang mencari mitra strategis yang dapat mengakuisisi ruas tersebut. Ruas Kayu Agung-Betung saat ini sedang dalam proses konstruksi di level 48,46 persen dan dijadwalkan rampung pada akhir 2022.
Sumber Bisnis, edit koranbumn