Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini M. Soemarno telah memberikan wejangan kepada korporasi pelat merah di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Yang eksportir kita menekankan harus menjaga pendapatan dolarnya untuk kepentingan di dalam negeri dan mendukung BUMN juga. Pertamina masih harus impor dan membutuhkan dolar,” ujarnya di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jumat (31/8/2018).
Rini mengungkapkan saat ini terdapat sejumlah BUMN yang memiliki pendapatan dari ekspor. Adapun, komoditas yang diperdagangkan ke luar negeri antara lain timah dan batu bara.
Di sisi lain, dia menekankan kepada perseroan pelat merah untuk menekan impor. Menurutnya, saat ini ada beberapa mobile power plant milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang dapat menggunakan bahan bakar 100% minyak sawit atau crude palm oil (cpo).
“Ternyata sekarang sudah ada alat yang bisa merombak untuk memanfaatkan 100% CPO,” ujarnya.
Rini menyebut telah mengusulkan wacana tersebut. Apabila diterima, diperkirakan korporasi setrum milik negara itu dapat mengonversi sekitar 1.000 megawatt (mw).
Dia menyatakan langkah tersebut sebagai strategi jangka panjang dalam menghemat devisa. Pihaknya optimistis mampu menghemat hingga US$1 miliar.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga menyentuh Rp 14,715 per dolar AS, Jumat (31/8/2018), ditengarai akibat kurangnya pasokan dolar di pasar domestik.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat adanya keengganan di antara para eksportir komoditas lokal untuk menukarkan dolar mereka.
Pasalnya, eksportir ketakutan akan depresiasi IDR lebih lanjut. “Importir juga membeli lebih banyak dolar daripada yang sebenarnya mereka butuhkan,” ujar Satria, Jumat (31/8/2018).
Sumber Bisnis.com