PT Pertamina (Persero) melaporkan penerimaan negara melalui PNBP dan pajak dari wilayah kerja Rokan mencapai kurang lebih Rp30 triliun setelah satu tahun alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan setoran itu menunjukkan kontribusi besar dari blok minyak Rokan terhadap perekonomian nasional selama satu tahun terakhir.
“Setoran pajak dan PNBP wilayah Rokan mencapai Rp30 triliun,” kata Nicke saat melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi di di Rumbai Country Club (RCC), Pekanbaru, Minggu (7/8/2022) malam.
Seperti diketahui, produksi minyak Blok Rokan saat ini sebesar 161 Million Barrel Oil Per Day (MBOPD). Torehan itu mencapai 30 persen dari total produksi subholding upstream atau 26 persen dari total produksi nasional.
Kendati laju penurunan produksi tercatat mencapai rata-rata 26 persen, Pertamina makin intensif untuk melakukan kegiatan eksplorasi konvensional dan non-konvensional melalui kerja sama dengan sejumlah pihak di blok itu.
Nicke mengatakan sejumlah kegiatan eksplorasi intensif pada salah satu blok minyak sepuh dalam negeri itu belakangan efektif untuk menekan laju penurunan produksi. Malahan, dia mengatakan, perseroan mencatatkan tingkat produksi di Blok Rokan mengalami titik balik atau peningkatan dibandingkan sebelum alih kelola satu tahun yang lalu.
“Dengan program-program yang kita lakukan, produksi bisa kita tingkatkan total pengeboran kurang lebih 370 sumur, jumlah rig sebelum alih kelola hanya 9 rig itu pun baru masuk 10 bulan terakhir hari ini ada 21 rig,” kata Nicke.
Berdasarkan catatan Pertamina, rata-rata produksi minyak di Blok Rokan sebelum alih kelola sebesar 158,7 Million Barrel Oil Per Day (MBOPD). Adapun, rata-rata produksi setelah alih kelola setahun terakhir mencapai 159 MBOPD dan pernah berada di angka 161,9 MBOPD.
Sementara itu, volume cadangan awal transisi sebesar 320,1 Million Barrels of Oil Equivalent (MMBOE). Saat alih kelola cadangan minyak mentah di Blok Rokan naik menjadi 370,2 MMBOE.
“Rencana 27 rig yang akan dioperasikan akhir tahun ini luar biasa peningkatannya untuk pengeboran dan work over, well service ini kita tambah 32 rig saat ini dan 52 rig akhir tahun, ini mungkin tertinggi bagi Tim Rokan,” ujarnya.
Seperti diketahui, setelah hampir 50 tahun dikelola PT CPI, Blok Rokan diserahkan kepada Pertamina pada 2021 lalu. Pemerintah belakangan tidak memperpanjang kontrak PT CPI dan memberikan hak pengelolaan ladang minyak itu kepada Pertamina.
Dari sisi komersial, Pertamina dalam proposalnya mencantumkan signature bonus sebesar US$784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun, komitmen kerja pasti sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dan potensi pendapatan negara selama 20 tahun kedepan sebesar US$57 miliar atau sekitar Rp825 triliun.
Setelah 100 persen pengelolaan dipegang oleh Pertamina, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM, maka 1 persen akan menjadi participating interest (PI) Pemerintah Daerah melalui Badan Usaha Daerah (BUMD) yang ditunjuk.
Blok Rokan adalah ladang minyak dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia, saat ini Blok Rokan menyumbang 26 persen dari total produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan di mana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Cadangan minyak yang dimiliki Blok Rokan mencapai 500 juta hingga 1,5 miliar barel oil equivalent tanpa Enhance Oil Recovery atau EOR.
Sumber Bisnis, edit koranbumn