Emiten maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mencatatkan rugi tahun berjalan mencapai US$4,17 miliar setara Rp62,55 triliun (kurs Rp15.000) sepanjang 2021.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Kamis (7/7/2022), emiten berkode GIAA ini mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$1,33 miliar setara Rp19,95 triliun. Pendapatan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan beban usaha yang mencapai US$2,6 miliar setara Rp39 triliun.
Belum lagi, pendapatan usaha lainnya juga tercatat negatif US$2,68 miliar. Hal ini membuat sepanjang 2021 Garuda Indonesia mencatatkan rugi usaha hingga US$3,96 miliar setara Rp59,4 triliun.
Adapun, dari sisi ekuitas, GIAA mencatatkan ekuitas negatif sebesar US$6,11 miliar akibat total liabilitas yang mencapai US$13,3 miliar berbanding aset yang hanya US$7,18 miliar.
Besaran liabilitas GIAA yakni liabilitas jangka pendek yang sebesar US$5,77 miliar dan jangka panjang US$7,53 miliar. Sedangkan, total aset lancar yakni US$305,72 juta dan aset tidak lancar US$6,88 miliar.
Saat itu, rasio utang terhadap asetnya pun mencapai 185 persen, dengan debt to equity ratio (-2,18).
Sumber Bisnis, edit koranbumn