PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) berkomitmen penuh dalam mewujudkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan nasional diantaranya memastikan ketersediaan stock gula menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN). Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah dengan menjalankan penugasan impor gula, mengingat HBKN puasa dan lebaran jatuh sebelum musim giling tebu tahun 2021 tiba.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi, Kamis, 1 April 2021, di Jakarta. Arief menjelaskan, musim giling tebu jatuh pada pertengahan tahun 2021, Pabrik Gula RNI Group sendiri direncanakan akan memulai musim giling tahun ini pada Mei 2021.
“Dengan baru dimulainya musim giling pada pertengahan tahun, maka stock gula yang didistribusikan terbatas sehingga butuh back up melalui impor,” ujarnya.
Menurut Arief, dengan masih belum berproduksinya PG dalam negeri maka penugasan impor diharapkan mampu menopang kebutuhan gula di pasar konsumsi dan memastikan stabilitas harga khususnya saat menghadapi lonjakan permintaan menjelang puasa dan lebaran.
“Pada puasa dan lebaran tahun ini diharapkan masyarakat tidak akan menghadapi kelangkaan gula, serta lebih mudah mendapatkan gula dengan harga yang stabil. RNI memastikan gula ritel yang didistribusikannya melalui brand Raja Gula dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah,” ujarnya.
Seperti diinformasikan sebelumnya, RNI menjalankan penugasan impor gula sebanyak 75 ribu ton yang didatangkan secara bertahap pada Maret hingga April 2021.
Lebih lanjut, Arief memastikan bahwa RNI juga berkomitmen dalam memperkuat industri gula nasional. Upaya yang saat ini tengah dilakukan perseroan adalah melakukan revitalisasi pabrik gula dan perluasan areal perkebunan tebu.
“Saat ini ada 5 pabrik gula RNI yang beroperasi di wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat dengan total kapasitas produksi 28 ribu TCD. Perseroan tengah melakukan pengkajian dan penjajakan kerjasama terkait pengaktifan kembali 1 sampai dengan 2 pabrik gula RNI di wilayah Jawa Barat,” ungkapnya.
Selain di lini off farm, Arief mengatakan, RNI juga tengah memperkuat lini on farm melalui perluasan areal perkebunan tebu dengan melakukan penambahan lahan tebu seluas kurang lebih 20.000 ha melalui kerjasama dengan Perum Perhutani. Dengan penguatan on farm dan off farm, RNI berusaha menambah produksi gulanya dari 230 ribu ton gula di tahun 2020 menjadi sekitar 430 ribu ton gula di tahun 2024.
Di sisi lain, RNI juga memprioritaskan pemberdayaan dan penyerapan gula milik petani tebu rakyat. Arief meyakini, keberadaan petani tebu rakyat sangat penting dan strategis bagi keberlangsungan operasional pabrik gula bahkan bagi industri gula nasional.
Menurutnya, di tahun 2020, dari tiga Anak Perusahaan RNI yang bergerak dalam industri gula yaitu PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II, dan PT PG Candi Baru, RNI telah menyerap tebu petani rakyat untuk digiling sekitar 3,3 juta ton bahan baku tebu, dengan jumlah petani tebu rakyat yang mejadi mitra RNI Group sekitar 4 ribu petani.
Di wilayah Jawa Barat, RNI telah menjalankan kemitraan tebu dengan memanfaatkan lahan Hak Guna Usaha (HGU) PT PG Rajawali II di Subang, Indramayu, dan Majalengka. Program ini, lanjutnya, telah dilaksanakan pada masa tanam 2018/2019, 2019/2020, dan 2020/2021. Pada peluncuran perdana tahun 2018, jumlah petani yang mengikuti program kemitraan ini sekitar 900 kepala keluarga dengan lahan kurang lebih seluas 1.900 Ha.
Pada masa tanam 2019/2020, jumlah peserta kemitraan bertambah menjadi sekitar 1.800 Kepala Keluarga, dengan tambahan luas lahan menjadi 3.300 Ha. Untuk musim tanam 2020/2021 perusahaan memproyeksikan penambahan peserta kemitraan menjadi sekitar 2.200 kepala keluarga dengan lahan yang dikelola kurang lebih seluas 4.300 Ha.
“Ini merupakan wujud dari keberpihakan perusahaan terhadap petani tebu rakyat. Kedepannya program kemitraan dan kerja sama dengan petani tebu akan terus diperkuat dan ditingkankan, sehingga semakin menjamin ketersediaan pasokan bahan baku tebu bagi perusahaan serta berkontribusi lebih luas terhadap kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Arief mengatakan, program-program tersebut merupakan bagian dari upaya RNI untuk menjaga keberlanjutan indutri gula nasional. “Dengan industri gula yang semakin kuat diharapkan ketergantungan kebutuhan dalam negeri terhadap gula impor dapat berkurang,” tuturnya.
Sekilas PT RNI (Persero)
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) merupakan BUMN yang saat ini memprioritaskan aktivitas bisnisnya pada bidang pangan dalam rangka mendukung program pemerintah mewujudkan ketahanan pangan nasional. Saat ini RNI bersama 8 BUMN pangan lainnya tergabung kedalam BUMN Klaster Pangan.
RNI sebagai Ketua Klaster, berperan aktif mendorong sinergi antar BUMN anggota Klaster Pangan guna mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan keberlanjutan pangan Indonesia. Dalam aktivitas bisnisnya, RNI memiliki 11 Anak Perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri, alat kesehatan, serta bidang perdagangan dan distribusi dengan jaringan sebanyak 48 cabang yang tersebar di kota besar seluruh Indonesia.
Di tengah pandemi Covid-19, RNI berperan aktif dalam penyediaan alat Kesehatan, obat-obatan, serta APD di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta, serta di RS BUMN, RS rujukan lainnya dan Instansi yang membutuhkan.