PT Bank Central Asia Tbk bekerja sama dengan Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) untuk menyalurkan kredit ke perusahaan-perusahaan BUMN. Hal ini mengingat keberhasilan perbankan untuk menaikkan kredit sebesar 8,2 persen pada 2021 berasal dari permintaan korporasi yang berkembang cukup pesat khususnya kuartal terakhir 2021.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan BCA berfokus terhadap consumer loan karena perkembangan daya beli sudah ada yang didukung pertumbuhan mobilitas, sehingga menghasilkan buying power terutama masyarakat menengah atas.
“BUMN kualitasnya sudah sangat baik, sebab itu kita bergandengan tangan dengan BNI, Mandiri, BRI sindikasi loan bagi perusahaan BUMN yang membutuhkan dana,” ujarnya saat webinar, Selasa (23/3/2022).
“Itu menyebabkan demand seperti KPR (kredit perumahan rakyat) dan KKB (kredit kendaraan bermotor) meningkat pesat dan kita menggunakan momentum itu dengan pelayanan hybrid,” ucapnya.
BCA, lanjutnya, juga berfokus pada digitalisasi karena jika tidak ada digital perbankan akan kesulitan menjalankan bisnis saat masa pandemi Covid-19. Kendati demikian, berdasarkan data BCA, hanya 30 persen nasabah yang mampu mengerjakan sendiri secara end-to-end sedangkan sisanya masih membutuhkan bantuan dari cabang dan jajaran BCA.
Menurutnya kendala digital banking juga dipengaruhi faktor usia nasabah yang bahkan umurnya telah mencapai 90 tahun. Beragamnya usia nasabah BCA di tengah digitalisasi perbankan membuat nasabah harus mengedukasi dirinya sendiri. Para nasabah yang usianya lebih tua harus belajar kepada nasabah yang usianya lebih muda, paling tidak mereka dituntut untuk paham cara mengecek saldo dan melakukan transfer.
“Tidak semuanya bisa canggih, banknya cepat bertransformasi dalam digital tapi customer juga tetap harus kita servis sesuai keinginan mereka,” ucapnya.
Terkait tantangan pada 2022 seperti inflasi dan suku bunga naik, dia menyampaikan likuiditas BCA relatif baik dengan LDR (loan to deposit ratio) 62 persen, namun pada saat ini pihaknya akan berfokus pada kredit
“Memang LAR (loan to asset ratio) kita relatif cukup rendah 14,6 persen tapi kan ini masih proses, kita harus amati satu-satu apakah mereka akan tetap sulit atau akan membaik. Ditambah suku bunga yang naik otomatis menambah burden, kita harus mengatur ini agar sama sama tertolong,” ucapnya.
Sumber Republika, edit koranbumn