Kehadiran Holding Ultra Mikro (UMi) memberikan keuntungan bagi PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Salah satunya, penurunan bunga pinjaman berkat sokongan pendanaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Alhasil, PNM bisa lebih agresif dalam membantu pelaku usaha mikro naik kelas melalui pembinaan yang semakin masif dan penyaluran pinjaman modal produktif dengan bunga cicilan menjadi lebih ringan.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan, perusahaan optimistis nasabah program Mekaar akan memperoleh keuntungan penurunan bunga pinjaman sekitar 3%. Mengingat, potensi beban dana, beban operasional dan beban lain dapat ditekan lewat holding.
“Sinergi itu pun akan semakin menguntungkan masyarakat kecil karena dapat mengoptimalkan peran pemberdayaan PNM dengan penurunan biaya overhead sekitar 8%,” kata Arief, dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (30/9).
Ditegaskan pula, integrasi holding dengan Bank BRI dan Pegadaian dapat membentuk ekosistem usaha yang kuat dengan menjaga, dan mempertahankan pendekatan pemberdayaan sosial PNM.
“Ekosistemnya tentu akan menjadi lebih besar. Pelaku (usaha) ultra mikro dapat menjalin kerja sama dengan pelaku usaha menengah, bahkan korporasi, secara langsung,” ungkap Arief.
Senada, Direktur Kelembagaan dan Perencanaan PNM Sunar Basuki berharap besar pembentukan holding dapat menurunkan biaya cicilan. Dengan begitu, kehadiran BUMN dapat mendukung kinerja pelaku usaha di tataran bawah secara langsung.
Terlebih, langkah strategis ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi kelas bawah. Hal ini juga sejalan untuk mendukung kinerja pelaku usaha ultra mikro lebih baik lagi di masa pemulihan ekonomi.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan PNM aset perseroan tumbuh dari Rp 31,66 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 38,15 triliun per Juni 2021. Kontribusi terbesar dari komponen pembiayaan yang diberikan atau piutang pembiayaan kepada nasabah, yang meningkat dari Rp 22,08 triliun menjadi Rp 28,3 triliun pada periode yang sama.
Pendapatan bunga dan syariah kotor pun naik dari Rp 2,52 triliun per Juni 2020 menjadi Rp3,61 triliun per Juni 2021. Setelah dikurangi beban operasional, pendapatan bersih tumbuh 53,6% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2,52 triliun pada paruh pertama 2021 dari sebelumnya Rp 1,64 triliun.
Setelah ditambah beberapa komponen lain dan dikurangi beban usaha, laba sebelum pajak perseroan naik menjadi Rp 427,33 miliar dari sebelumnya Rp 153,12 miliar pada Juni 2020.
Sumber Kontan, edit koranbumn