Perkembangan besar yang terjadi di dunia (global megatrends) berdampak signifikan terhadap industri penerbangan.
Di dalam webinar Global Megatrends and Aviation: The Path to Future Wise Organization pada 11 Desember 2020 yang dibuka Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan diikuti pelaku industri aviasi global dan nasional, diketahui terdapat 6 global megatrends yang berdampak positif mau pun sebaliknya pada industri aviasi.
Keenam isu itu: perubahan iklim (climate change), pergeseran kekuatan ekonomi global (global economic power shift), cepatnya laju urbanisasi (rapid urbanization), perubahan demografi (demographic changes), teknologi baru (new technologies), dan keterhubungan global (global connectedness).
Dr. Pierre Coutu, Chairman Aviation Strategies International (ASI) Institute yang berbasis di Kanada, mengatakan salah satu isu global megatrends yang tengah dihadapi penerbangan tahun ini adalah global connectedness.
Global connectedness diartikan sebagai dunia yang terhubung sangat erat (hyperconnected) lewat berbagai jaringan di berbagai tipe misalnya data, suara, multimedia dan transportasi.
“Konektivitas jaringan maskapai memenuhi kebutuhan terhadap perjalanan yang ekonomis dan efisien. Keterhubungan [connectedness] ini juga yang berkontribusi pada penyebaran COVID-19 di dunia,” jelas Pierre Coutu.
Dampak global megatrends sendiri terhadap industri penerbangan, jelas Pierre Coutu, adalah perubahan permintaan, layanan, dan regulasi. Sejalan dengan itu, industri penerbangan merespons melalui SDM, aset, sistem/prosedur dan perubahan struktur organisasi.
“Tidak melakukan apa pun bukan pilihan. Transformasi besar-besaran dibutuhkan agar organisasi semakin kuat di masa depan [future-wise organization],” jelas Pierre Coutu.
Di webinar yang sama, President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menuturkan bahwa keenam isu yang termasuk dalam global megatrends harus dipahami dari aspek global, politis, ekonomis, hukum dan demografis.
“Bagi AP II analisis terhadap global megatrends ini membantu menetapkan strategi jangka panjang yang proaktif, bukan reaktif. Analisis tersebut dapat membantu kami mengantisipasi perkembangan pasar dan menghadapi perubahan yang ada di industri. Sehingga, kami dapat menangkap peluang dan meminimalisir dampak negatif,” ujar Muhammad Awaluddin.
Muhammad Awaluddin memaparkan AP II selaku pengelola 19 bandara termasuk Bandara Soekarno-Hatta telah merumuskan program transformasi strategis (Transformation Flagship) yang telah mengadopsi analisis dari isu-isu global megatrends dan industry game changers.
“Kami berkomitmen selalu beradaptasi dengan global megatrends, dengan membuat AP II bertransformasi melalui program Transformation Flagship sejak 2016 lalu hingga saat ini. Ini adalah program transformasi yang terus berjalan dan tidak pernah berhenti,” ungkap Muhammad Awaluddin.
Transformation Flagship
Program Strategic Transformation AP II terdiri dari dua tahap yakni Transformation 1.0 (2016 – 2020) yang fokus pada pembangunan budaya perusahaan & dasar digitalisasi, serta Transformation 2.0 (2020 – 2024) yang mengambil thema The Great SHIFT 2024, fokus membuat perusahaan semakin adaptif terhadap global megatrends.
Pada akhir 2024, AP II akan mencapai visi menjadi operator bandara nomor satu di ASEAN.
Perseroan mencapai visi itu dengan optimalisasi bisnis melalui sejumlah portofolio bisnis baru, termasuk memperluas pasar ke bidang pariwisata dan hospitality.
“Secara berkelanjutan kami menganalisis global megatrends, dan sejalan dengan itu kami mewujudkan bandara sebagai tempat di mana para pemangku kepentingan, berbagai pelanggan, pihak atau instansi bertemu dan berinteraksi untuk melakukan transaksi ekonomi secara pendekatan ekosistem, bukan sekedar bandara yang hanya menjadi tempat untuk naik dan turun pesawat,” ungkap Muhammad Awaluddin.
“Mereka memerlukan layanan dan produk yang dapat mengakomodir kebutuhan untuk hal itu, dan AP II optimistis dapat membangun bandara nyaman bagi pelanggan kami, dilengkapi dengan berbagai produk dan jasa yang sesuai,” jelas Muhammad Awaluddin.
Melalui program Transformation Flagship, AP II juga mengembangkan infrastruktur & teknologi agar bandara dalam 5 tahun mendatang dapat menjadi suatu hub terintegrasi tempat bertemunya para pelaku usaha dan pelanggan dengan berbasis ecosystem-based operation.
“Di sisi pelayanan, kami akan memiliki teknologi yang dapat mewujudkan travel ecosystem. Teknologi tersebut dapat mengkoordinasikan seluruh sistem dan titik layanan [touch points] pelanggan. Ini membutuhkan peran Aplikasi Indonesia Airports yang dimiliki AP II,” ungkap Muhammad Awaluddin.
Impelementasi dari teknologi itu, misalnya jika traveler mengalami penundaan penerbangan maka otomatif reservasi hotel menyesuaikan.
Sumber AP2, edit koranbumn