PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) menyiapkan sejumlah strategi baik dari sisi pendanaan maupun pembiayaan menghadapi resesi global pada 2023.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan 2023 merupakan tahun yang menantang, karena ekonomi global berada di bawah bayang-bayang resesi. Namun, menurutnya Indonesia masih beruntung karena mempunyai permintaan domestik yang kuat.
“Saat negara-negara di dunia mengalami resesi, Indonesia hanya akan mengalami sedikit pelambatan pertumbuhan ekonomi.
Meski demikian, BSI tetap menyiapkan sejumlah strategi mengantisipasi dampak resesi. Salah satunya dengan memperkuat dana pihak ketiga (DPK).
“Agar bertahan untuk kondisi tahun mendatang, kami rapihkan postur dana pihak ketiga [DPK],” ujarnya dalam paparan kinerja BSI kuartal III/2022, Kamis (27/10/2022).
Sampai tahun ini, Bank Syariah Indonesia berfokus pada pertumbuhan dana murah atau current account savings account (CASA).
Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan BSI juga melakukan ancang-ancang dari sisi pembiayaan.
“Resesi akan membuat pertumbuhan ekonomi jadi lesu, jadi kami harus hati-hati. Tapi, kami cukup beruntung menjadi bank yang fokus ke ritel, karena kami lihat secara demand, segmen ini bagus,” ujarnya.
Selain itu, emiten berkode BRIS fokus ke segmen yang bisa bertahan saat ekonomi tak mendukung. BSI akan pilih segmen yang tepat saat pelemahan ekonomi.
Diketahui, BRIS telah membukukan pertumbuhan laba bersih 42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2022 menjadi Rp3,21 triliun.
Dari sisi DPK, BSI mencatatkan kenaikan 11,86 persen menjadi Rp245,18 triliun. Pertumbuhan DPK ini terdorong oleh pertumbuhan tabungan wadiah yang naik 34,04 persen.
Sementara, porsi dana murah atau current account savings account (CASA) tumbuh dari 55,80 persen menjadi 60,90 persen
Sedangkan dari sisi pembiayaan, BSI berhasil membukukan pertumbuhan 22,35 persen yoy menjadi Rp199,82 triliun per kuartal III/2022 dibandingkan Rp163,31 triliun pada kuartal III/2021.
Sumber Bisnis, edit koranbumn