Bisnis kredit mikro bakal semakin ketat. Pasalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan masuk lebih dalam lagi ke bisnis kredit mikro.
Sebagai bagian menjadi holding ultra mikro, BRI menargetkan punya 45% penyaluran kredit ke segmen mikro dari total portofolio pada 2025 mendatang. Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan, salah satu produk dari holding ini akan menjangkau kredit di bawah Rp 10 juta.
Saat ini, 60 juta orang belum bisa capai mengakses pembiayaan yang formal. Ia ingin dalam waktu tahun mendatang sebanyak sebanyak 30 juta ke sektor formal.
Ia mengaku saat ini sektor ultra mikro lebih banyak dilayani institusi keuangan non bank dan informal. Oleh sebab itu, kredit holding juga akan beragam .Mulai dari jasa pegadaian hingga pemberdayaan dengan social lending milik PNM.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto bilang BRI memang memiliki salah satu misi dalam melayani masyarakat sebanyak mungkin dengan harga semurah mungkin. Guna mencapai 45% kredit mikro di 2025, BRI menggunakan strategi go smaller, go shorter dan go faster.
Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, penetapan target lebih kecil, perputaran pinjaman lebih cepat serta pemrosesan lebih cepat dan hal itu bisa dicapai BRI melalui transformasi digital. Nantinya untuk mendapatkan efisiensi serta menciptakan nilai baru melalui new business model.
“Ultra mikro tentu akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru bagi BRI ke depannya,” ujar Aestika
BRI mencatatkan redit mikro tumbuh dari Rp 313,41 triliun menjadi Rp 366,56 triliun hingga Juni 2021. Kredit mikro itu menyumbang 39,44% terhadap total portofolio kredit BRI senilai Rp 929,40 triliun di Juni 2021.
Saat ini terdapat 57 juta pelaku usaha ultra mikro. Sebanyak 30 juta di antaranya belum mendapatkan akses pendanaan formal. Ia menilai pasar segmen mikro masih cukup besar sehingga BRI akan menyasar usaha ultra mikro.
Ekonom dan Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah melihat strategi BRI yang akan memperbesar kredit mikro tidak menggerus fintech peer to peer (P2P) lending. Lantaran keduanya memiliki pangsa pasar yang berbeda secara tidak langsung.
“Umumnya nasabah fintech belum dilayani bank,” kata Piter. Berdasarkan uang beredar Bank Indonesia kredit mikro perbankan masih terkontraksi 25,6% secara tahunan menjadi Rp 197,1 triliun per Juni 2021.
Sumber Kontan, edit koranbumn