Setelah tertekan di semester I-2021, PT Garuda Indonesia (persero) Tbk memproyeksikan kinerja operasional bakal mulai menunjukan tren pemulihan secara bertahap pada semester II tahun 2021.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, hal tersebut menyusul adanya relaksasi kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat. Irfan menerangkan, Garuda Indonesia terus mengoptimalkan berbagai langkah strategis guna mengakselerasikan perbaikan kinerja, terutama melalui konsolidasi operasi dan mendorong efisiensi.
Irfan tak menampik bahwa pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air telah berdampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha jasa transportasi udara, tidak terkecuali bagi GIAA.
Realitas bisnis tersebut turut tergambarkan dalam catatan kinerja usaha sepanjang semester I 2021. Di periode tersebut, GIAA mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 696,8 juta atau turun 24% dibandingkan pendapatan usaha pada periode sama tahun lalu.
Baca Juga: 30 Agustus 2021, GIAA uji coba IATA travel pass untuk perjalanan internasional
Lebih lanjut, pendapatan usaha semester I 2021 dikontribusikan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$ 556,5 juta, penerbangan tidak berjadwal US$ 41,6 juta dan pendapatan lainnya US$ 98,6 juta.
Ia melanjutkan, tantangan kinerja usaha yang terefleksikan melalui penurunan pendapatan usaha tersebut tidak terlepas dari trafik penumpang yang menurun signifikan imbas kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat di tengah peningkatan positive rate kasus Covid-19 di Indonesia. Terlebih, dengan kemunculan varian baru Covid-19, yang mengharuskan adanya pengetatan kebijakan mobilitas masyarakat dalam penanganan pandemi.
Adapun pendapatan usaha yang berasal dari pendapatan penerbangan tidak berjadwal meningkat 93,2% dibandingkan pada periode sama di tahun 2020 lalu.
Dengan adanya kenaikan tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo. Khusus untuk angkutan logistik, perusahaan ini juga telah mencatat adanya tren kenaikan jumlah kargo yang diangkut di setiap penerbangan sepanjang semester I 2021.
Tercatat, Garuda Indonesia secara Group mencatatkan jumlah angkutan kargo sebesar 152.300 ton tumbuh sebesar 37, 56% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 110.715 ton.
Sementara itu, beban usaha pada semester I 2021 tercatat turun 15,9% dibandingkan pada periode sama tahun lalu yakni dari US$ 1,6 miliar menjadi US$ 1,3 miliar.
Lebih lanjut, penurunan beban usaha GIAA juga turut ditunjang oleh berbagai langkah strategis efisiensi yang tengah ditempuh diantaranya melalui langkah renegosiasi sewa pesawat hingga restrukturisasi jaringan penerbangan melalui penyesuaian frekuensi rute-rute penerbangan.
Di tengah masih belum pulihnya kinerja bisnis penerbangan nasional imbas menurunnya permintaan terhadap penerbangan angkutan penumpang, Garuda Indonesia terus melakukan berbagai langkah strategis guna meningkatkan pendapatan usaha.
Misalnya, emiten ini melakukan optimalisasi ancillary revenue. GIAA secara aktif menjalin kemitraan dengan berbagai pihak eksternal dalam rangka memaksimalkan potensi pendapatan di luar core business untuk pengangkutan penumpang. Baik melalui kemitraan bersama sektor retail, industrial, maupun kolaborasi strategis bersama ekosistem penunjang sektor logistik nasional.
Ke depan, Garuda Indonesia optimistis trafik penerbangan dalam negeri dan tingkat keterisian penumpang pesawat akan berangsur pulih seperti periode sebelum penerapan kebijakan PPKM seiring dengan adanya penurunan positivity rate kasus Covid-19 pada tingkat nasional.
“Seiring dengan menurunnya jumlah kasus Covid-19 secara nasional yang berdampak pada relaksasi kebijakan PPKM di sejumlah wilayah di Indonesia, Garuda Indonesia optimistis pada semester II 2021 akan terdapat peningkatan trafik penumpang secara bertahap,” terang Irfan dalam keterangan tertulis, Selasa (31/8).
Sekadar informasi, jumlah penumpang Garuda Indonesia saat ini telah menunjukkan adanya tren peningkatan positif. Rata-rata jumlah trafik penumpang harian berhasil meningkat hingga lebih dari 50% dibandingkan pada saat periode penerapan PPKM level 4 beberapa waktu lalu.
Sumber Kontan, edit koranbumn