Dalam kondisi perekonomian yang volatil akibat pandemi, Indonesia Financial Group (IFG) masih mencatatkan kinerja positif. Induk Holding Asuransi dan Penjaminan ini mengantongi aset Rp 76,2 triliun, naik dari realisasi Maret 2020 lalu sebesar Rp 72,5 trilin.
“Adapun total premi bruto sebesar Rp 18 triliun, di mana total dana kelolaan konsolidasi holding mencapai Rp 81,8 triliun hingga saat ini,” kata Sekretaris Perusahaan IFG Oktarina Dwidya Sistha dalam keterangan resmi, Jumat (1/1).
Tahun ini IFG akan mendongkrak pertumbuhan anorganik salah satunya melalui pendirian IFG Life, perusahaan asuransi yang fokus di layanan asuransi jiwa dan kesehatan. Ke depannya, IFG Life akan menerima migrasi polis asuransi dari nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) hasil restrukturisasi.
IFG berharap IFG Life bisa menjadi perusahaan asuransi terbesar di Indonesia. Terlebih, pemerintah bersama jajaran Komisi VI DPR RI telah menyetujui Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 22 triliun untuk pendirian IFG Life.
Sebelumnya, Direktur Bisnis IFG Pantro Silitonga menyebut pendirian IFG Life menjadi bagian peta jalan agar perusahaan memiliki bisnis di sektor asuransi jiwa, kesehatan dan pengelolaan dana pensiun. Dengan masuknya IFG Life sebagai anggota baru holding asuransi, manajemen makin optimistis, IFG Life bisa menjadi asuransi besar dan kuat.
“Kami juga optimistis IFG Life dapat diterima masyarakat sebagai perusahaan asuransi baru dengan produk-produk yang aman, menguntungkan, dengan pelayanan yang berkualitas. Kami menargetkan IFG Life dapat beroperasi mulai Januari 2021,” ujar Pantro.
Guna merealisasikan itu, IFG telah menetapkan standar bisnis ketat agar IFG Life berkembang sebagai asuransi kuat dan menghasilkan profit. Dengan menyiapkan produk-produk asuransi yang dibutuhkan pasar, pengelolaan bisnis yang menawarkan janji manfaat yang realistis dan berkelanjutan.
“Kami juga akan menerapkan standarisasi yang aman pada sistem pengelolaan investasi perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi termutakhir, hingga menerapkan prinsip GCG pada saat menjalankan roda bisnis perusahaan,” tutur Pantro.
Selain PNM Rp 22 triliun, IFG juga menyiapkan dana lain untuk mengembangkan bisnis IFG Life seperti dana Rp 4,7 triliun yang berasal dari setoran dividen anggota holding BUMN asuransi dan pembiayaan sehingga total dana yang disiapkan untuk IFG Life mencapai Rp 26,7 triliun.
Sejatinya, dana tersebut akan digunakan IFG untuk mendirikan dan mengelola IFG Life sehingga mampu menjadi perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan tersebesar di Indonesia. Hal ini dimungkinkan lantaran IFG Life memiliki target pasar yang luas, berasal dari ekosistem BUMN dan masyarakat umum.
IFG Life juga akan melanjutkan pengelolaan polis-polis Jiwasraya yang telah direstrukturisasi sebelumnya. Pelaksanaan program restrukturisasi polis Jiwasraya telah disosialisasikan sejak Desember 2020 lalu. “IFG Life juga akan membidik ceruk pasar asuransi Indonesia yang potensinya masih sangat besar. Bahkan tidak menutup kemungkinan IFG Life akan bermain di pasar Asean beberapa waktu mendatang,” terangnya.
Penguasa pasar di Asia
IFG sendiri juga berambisi menjadi penguasa pasar keuangan non-bank di Asia dengan valuasi senilai Rp 120 triliun pada tahun 2024. Berbagai strategi telah dipersiapkan perusahaan untuk mewujudkan ambisi itu.
Berdasarkan paparan IFG di Komisi XI DPR, 17 November 2020 lalu, manajemen menyebut, ada tiga fokus perusahaan. Pertama, memperkuat posisi pasar dengan mengembangkan bisnis baru seperti bisnis ritel, mendirikan IFG Life, akuisisi pemain asuransi jiwa, perusahaan aset manajemen dan platform online. Lalu memperkuat bisnis eksisting melalui key account management dan sinergi produk.
Kedua, meningkatkan kinerja keuangan dengan efisiensi melalui optimalisasi atau sharing infrastruktur, layanan bersama dan disiplin harga (pricing discipline). Kemudian mengembangkan bisnis baru seperti mempersiapkan operasional holding. “Kita memperkuat konsolidasi dan sinergi agar lebih efisiensi dengan dengan melakukan cross selling dan menyasar market baru,” lanjut Patro.
Ketiga, meningkatkan kesehatan perusahaan dengan mengeluarkan kebijakan investasi, manajemen investasi serta penerapan manajemen risiko. Terakhir, mengenalkan merek perusahaan atau branding.
Guna merealisasikan ambisi itu, perusahaan menyiapkan tiga skema peta jalan. Pada tahun 2020, selama enam bulan perusahaan akan memperkuat pondasi untuk menyelesaikan pembentukan holding serta manajemen risiko demi memastikan kegiatan operasional berjalan prudent.
Selanjutnya, menyelaraskan area fokus pengoperasian perusahaan (OpCo), termasuk penetapan aturan pelibatan (rule of engagements). Kemudian finalisasi strategi produk dan desain ekosistem khususnya untuk asuransi kendaraan bermotor dan properti. Lalu pelaksanaan layanan bersama antara anggota holding dan dilanjutkan pendirian IFG Life.
Sepanjang tahun 2021, IFG akan memulai implementasi pembangunan dan infrastruktur TI gabungan, menyelesaikan implementasi strategi OpCo, pembuatan keputusan dan potensi pelaksanaan kegiatan anorganik.
Hal ini dibarengi penyusunan strategi produk, misalnya saja, inisiasi kemitraan dengan ekosistem, pengenalan terhadap produk asuransi jiwa dan lainnya. Kemudian memulai pemindahan aset perusahaan asuransi jiwa.
Sementara pada 2022 dan tahun berikutnya, perusahaan berencana menyelesaikan pembangunan infrastruktur TI, pengintegrasian pasca – merger perusahaan – perusahaan yang diakuisisi. Lalu penyusunan proposisi produk pada portofolio sepenuhnya.
Guna memastikan target berjalan mulus, perusahaan juga sudah menyiapkan tiga skenario yaitu skenario optimistis, moderat dan pesimis. “Berdasarkan kondisi recovery Covid-19, apakah tahun depan pandemi sudah selesai atau belum tapi kami paling optimistis bahwa pada 2024 perusahaan akan raih profit,” ungkapnya.
Pada skenario optimistis, perusahaan melihat situasi ekonomi akan pulih mulai semester I 2021 sehingga bisnis bisa berjalan dan mencatatkan laba bersih konsolidasi setelah pajak Rp 8,41 triliun pada 2024. Pada skenario moderat, diperkirakan pemulihan ekonomi pasca Covid-19 pada 2021 cenderung melambat. Atas hal itu, perusahaan memproyeksi laba bersih konsolidasi setelah pajak mencapai Rp 7,78 triliun.
Sedangkan skenario pesimistis diperkirakan kinerja perusahaan akan stagnan pada tahun 2021 dan berangsur membaik pada 2020. Diproyeksikan pada 2024 IFG akan catatkan laba bersih konsolidasi setelah pajak sebesar Rp 6,36 triliun.
Sumber Kontan, edit koranbumn