Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mengincar penyaluran pembiayaannya tumbuh 16,5 persen (year-on-year/yoy) di akhir 2022 atau setidaknya menyentuh Rp24 triliun.
Direktur Utama MTF Pinohadi G. Sumardi menjelaskan bahwa target ini merupakan proyeksi optimistis menyesuaikan kondisi perekonomian terkini, sekaligus mengikuti proyeksi penjualan mobil baru dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Sebab, pembiayaan mobil baru merupakan produk andalan MTF, di mana setiap tahunnya di patok mengambil porsi 80 persen dari total penyaluran. Lainnya terbagi untuk kredit segmen fleet atau korporasi, seperti alat berat, mobil komersial, dan mobil operasional kantor.
“Pencapaian kami pada 2021 dengan penyaluran Rp20,6 triliun atau naik 23,2 persen [yoy] ini terbilang baik, karena lebih tinggi dari target yang ditetapkan, dan meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19. Kami yakin tren pertumbuhan ini masih akan berlanjut,” ujar Pino, Kamis (10/3/2022).
MTF tahun ini masih akan fokus melakukan pengetatan risk management dan lebih sering melakukan stress test kepada setiap segmen debitur. Hal ini demi melihat bagaimana kondisi mereka ketika terpengaruh oleh potensi lonjakan kasus pandemi, kondisi geopolitik, dan ancaman inflasi yang akan menurunkan daya beli masyarakat.
Deputy Director Risk Management MTF Johanes Barus mengakui bahwa kondisi perekonomian yang masih menyimpan potensi ketidakpastian, membuat MTF masih akan selektif terhadap debitur baru, serta terus mengoptimalkan sisi penagihan terhadap debitur yang kondisinya rawan gagal bayar. Hal ini terutama demi mempertahankan tingkat non-performing financing (NPF), terkini sekitar 0,97 persen.
Adapun, Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis menjelaskan lebih lanjut bahwa memilih strategi tetap selektif bukan berarti tak berani menangkap peluang ekspansi.
MTF justru melihat ada potensi besar kebutuhan pembiayaan kendaraan di luar Jawa yang tengah terdorong momentum naiknya daya beli masyarakat dalam kawasan, terutama akibat masifnya aktivitas perekonomian sektor pertambangan, perkebunan, dan konstruksi.
“Porsi penyaluran pembiayaan MTF di luar Jawa pada 2021 tumbuh. Terutama Kalimantan dan Sulawesi, nilai pembiayaannya ada peningkatan di atas 20 persen. Jadi MTF akan tetap mengambil momentum luar Jawa ini. Sebab, kompetisi di sana belum terlalu ketat, sementara kami punya kemampuan mitigasi risiko yang bagus di wilayah tersebut,” ungkapnya.
Sementara terkait strategi memperoleh pendanaan untuk mendongkrak cuan, Direktur Keuangan MTF Eryawan Nurhariadi menjelaskan bahwa pihaknya akan mulai memperbesar porsi pendanaan dari penerbitan obligasi.
“Untuk pendanaan di tahun ini, MTF butuh setidaknya separuh dari target penyaluran, jadi sekitar Rp10 triliun – Rp12 triliun dengan porsi 30 persen dari obligasi dan 70 persen pinjaman bank. Pada awal tahun ini, sudah ada obligasi yang terealisasi senilai Rp1,2 triliun,” jelas Eryawan.
Penerbitan surat utang terbaru MTF ini tepatnya Obligasi V Tahap III Tahun 2022 dengan jumlah pokok Rp1,2 triliun, bagian dari penawaran umum berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan V Mandiri Tunas Finance dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp5 triliun.
Sebagai perbandingan, MTF hanya menerbitkan obligasi setahun sekali dalam dua tahun belakangan akibat dampak pandemi. Tepatnya, Obligasi Berkelanjutan V Tahap I pada 2020 sebesar Rp858 miliar dan Obligasi Berkelanjutan V Tahap II diterbitkan pada 2021 sebesar Rp1,4 triliun.
Harapannya, strategi sumber pendanaan ini membawa cost of fund yang lebih kompetitif untuk MTF dalam mengarungi target pembiayaan tahun ini. Apabila sesuai rencana, laba bersih setelah pajak dipatok naik ke Rp300 miliar di akhir tahun nanti, atau tercatat naik dari capaian tahun lalu Rp245,9 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn