PT Jasa Raharja (Persero) menargetkan laba bersih di tahun 2020 dapat mencapai Rp 1,62 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 4,52% secara year on year (yoy) dibandingkan raihan laba bersih di 2019 yang sebesar Rp 1,55 triliun.
Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo Slamet menyatakan, guna menopang laba itu, perusahaan akan meningkatkan pendapatan.
Dalam rencana bisnis, Budi menargetkan bisa mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,73 triliun. Nilai itu tumbuh 5,82% yoy dibandingkan 2019 senilai Rp 6,36 triliun.
Ia menjelaskan, pendapatan Jasa Raharja dihimpun dari beberapa kanal. Pertama, iuran wajib yang berasal dari angkutan umum darat maupun laut.
Kedua, sumbangan wajib dana kesejahteraan dari pemilik kendaraan bermotor yang melakukan daftar ulang ke kantor Samsat. Dan terakhir, hasil investasi.
“Jadi kami sampaikan besaran iuran wajib dan non wajib yang dikelola Jasa Raharja ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Memang di anggaran kita selalu anggarkan naik tiap tahun, kami liat juga potensi para penumpang yang akan gunakan alat angkutan umum, kemudian potensi kendaraan baru. Meskipun kita tahu kondisi ekonomi lemah, tapi kita tetap berharap pertumbuhan kendaraan baru juga masih meningkat karena daya beli masyarakat masih akan meningkat,” jelas Budi, Selasa (10/3).
Guna mempertahankan laba, Jasa Raharja juga akan menekan biaya operasional. Oleh sebab itu, perusahaan akan terus melakukan efisiensi. Selain itu, Jasa Raharja juga akan mengandalkan proses digitalisasi guna memangkas berbagai biaya.
“Jasa Raharja juga khususnya di 2020 sudah menggunakan IT udah relatif baik. Sehingga kami bisa mengurangi berbagai biaya,” tambahnya.
Jasa Raharja menargetkan sepanjang 2020 biaya senilai Rp 4,72 triliun. Nilai itu tumbuh 5,36% dibandingkan tahun 2019 yang capai Rp 4,48 triliun. Adapun biaya itu sudah termasuk biaya klaim maupun biaya operasional perusahaan.
Sumber kontan, edit koranbumn