PT PP (Persero) Tbk. menargetkan perolehan pendapatan dan laba bersih akan dapat kembali tumbuh tinggi pada tahun ini setelah mengalami penurunan cukup besar pada tahun lalu.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PP Agus Purbianto mengatakan perseroan menargetkan pendapatan tahun ini meningkat 13,54 persen. Sementara itu, laba bersih ditargetkan naik 50,49 persen.
“Tahun ini kami menargetkan total pendapatan mencapai sekitar Rp28 triliun, sedangkan laba bersih sekitar Rp1,4 triliun,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (18/3/2020).
Adapun, target kontrak baru pada tahun ini mencapai Rp40 triliun. Perseroan menargetkan kontrak baru hingga kuartal I/2020 akan mencapai Rp5,4 triliun. Hingga Februari, perseroan telah mengantongi Rp3,4 kontrak baru.
Dia menjelaskan beberapa kontrak, khususnya kontrak proyek EPC banyak akan menjadi salah satu pendorong perolehan kontrak pada tahun ini. Target kontrak EPC mencapai Rp13 triliun. Sekitar Rp10 triliun merupakan kontrak EPC yang tertunda dari tahun lalu.
Agus menjelaskan EPC memiliki margin laba kotor yang lebih baik dibandingkan kontrak lainnya, yakni paling rendah 15 persen. Proyek lain seperti jalan tol dan gedung hanya memiliki margin di kisaran 8 persen sampai 10 persen.
Sejatinya properti memiliki margin laba kotor yang lebih baik, yakni 25 persen. Namun, seiring dengan kondisi sektor properti yang lesu, kontribusi margin dari sektor tersebut ikut menurun. Dia mengharapkan kontrak EPC dapat membuat margin laba kotor perseroan lebih baik.
Pada tahun ini, lanjutnya, total investasi dan belanja modal secara grup akan mencapai Rp5,42 triliun, naik dari realisasi pada tahun lalu senilai Rp4,36 triliun. Perseroan sebagai induk usaha akan menyerap sekitar 35 persen dari belanja modal itu.
Kebutuhan belanja modal induk ini akan digunakan untuk pengembangan beberapa lini usaha, salah satunya jalan tol. Perseroan membidik sedikitnya empat ruas jalan tol baru yang semuanya berlokasi di Jawa, satu di antaranya adalah proyek prakarsa dengan mitra.
Dia mengatakan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk prakarsa jalan tol ini mencapai sekitar Rp7 triliun. Sebagian besar kebutuhan investasi itu akan disediakan oleh kontraktor mitra yang juga membawa sumber pendanaan sendiri.
“Di tiga ruas nantinya kami penyertaan minoritas, Jasa Marga yang mayoritas. Untuk yang prakarsa, kami dengan mitra, pinjaman nantinya akan lewat mitra ini. Investasi kami untuk tol mencapai untuk tol, kira-kira ya sekitar Rp750 miliar sampai Rp1 triliun, sisanya pinjaman lewat mitra,” jelasnya.
Selain mengandalkan pendanaan lewat mitra agar tidak membebani neraca keuangan, perseroan juga akan menggalang dana lewat instrumen mezanin berupa perpetual bond. Jumlah dana yang akan didapatkan mencapai sekitar Rp500 miliar. Namun, dia mengatakan bahwa hal ini bukan menjadi prioritas bagi perseroan.
Dia menyatakan bahwa perseroan menargetkan dapat meningkatkan ekuitas hingga Rp40 triliun dalam 5 tahun ke depan. Peningkatan ekuitas akan didapatkan melalui penerbitan saham baru anak usaha PT PP Presisi Tbk. dan IPO anak usaha lainnya, yakni PT PP Infrastruktur.
“Selain itu adalah instrumen yang bersifat mezzanine itu kita akan membangun banyak. Selain itu adalah dari kemampuan menghasilkan laba, itu harus juga kita jaga terus, selalu tumbuh minimal 15 persen setiap tahunnya,” tuturnya.
Peningkatan ekuitas juga akan disesuaikan dengan strategi PT PP dalam menjaga rasio-rasio utang. Rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio misalnya, akan dijaga tetap berada di bawah level 3,5 kali, sedangkan rasio utang terhadap EBITDA di bawah 5 kali.
Pada tahun lalu, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp930,32 miliar, turun 38,06 persen secara year on year (yoy). Adapun, pendapatan menurun 1,83 persen menjadi Rp24,65 triliun.