Penambahan modal inti menjadi salah satu fokus PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) pada tahun ini. Rencananya perusahaan akan melakukan aksi korporasi untuk bisa memenuhi ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang mengatakan perusahaan memiliki visi transformasi digital pada tahun ini. Oleh karena itu untuk mencapai target tersebut perseroan harus memenuhi kepatuhan terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) no. 12/2020.
Dia mengatakan dalam peraturan tersebut semua bank harus memiliki modal inti minimum Rp3 triliun, sedangkan CAR Bank Raya pada 2021 berada pada posisi 20,24 persen atau Rp2,46 triliun.
“Oleh karena itu sudah pasti kami harus menambah modal untuk bisa patuh terhadap peraturan dari POJK 12/2020 tadi, saya rasa teman-teman sudah tahu arahnya ke mana,” kata Kaspar dalam konferensi virtual, Kamis (31/3/2022).
Adapun untuk mengeruk laba, kata Kaspar, perusahaan memiliki dua strategi. Pertama, bekerja sama dengan ekosistem BRI. Sebesar 70 persen aktivitas Bank Raya akan dilakukan di dalam ekosistem BRI, sedangkan 30 persen sisanya di luar ekosistem.
“Kedua, melakukan langkah strategis seperti manajemen biaya, cross selling dan optimalisasi digital. Hal ini dilakukan dalam rangka mencapai kegiatan operasional yang lebih efisien,” katanya.
Dengan strategi tersebut, Kaspar juga berharap dalam jangka panjang dapat mendukung akselerasi bisnis digital perusahaan dan berkontribusi terhadap profitabilitas.
“Yang pasti tahun ini kami sudah pasti net profit. Sepanjang Januari–Maret 2022 kami sudah membukukan profit dalam laporan keuangan kami,” kata Kaspar.
Sekadar informasi, Bank Raya membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp3,04 triliun sepanjang 2021. Posisi ini berbanding terbalik dari periode yang sama 2020, di mana emiten bersandi saham AGRO ini masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp31,26 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn