PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo menilai Indonesia memiliki potensi industri perikanan yang sangat besar. Perindo pun berupaya memanfaatkan potensi tersebut untuk menggenjot kinerjanya.
Direktur Utama Perikanan Indonesia Sigit Muhartono mengatakan, Indonesia merupakan bagian dari 6 besar negara dengan Zona Ekonomi Eksklusif terbesar di dunia dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Saat ini, nilai kapitalisasi produk perikanan di dunia mencapai US$ 178 miliar, namun volume produk perikanan Indonesia hanya US$ 4 miliar atau berkontribusi tak lebih dari 3% dari total kapitalisasi produk perikanan global. Dari situ, potensi pasar perikanan di Indonesia yang bisa digali masih sangat besar.
“Oleh karena itu, prospek ini harus bisa dikapitalisasi lagi dengan penguatan ekosistem pangan dari hulu hingga hilir,” kata Sigit, Rabu (30/3).
Upaya tersebut bisa dilakukan dengan meningkatkan penangkapan ikan, menerapkan sistem sentralisasi pemasaran, memperbanyak sumber bahan baku, produksi, dan pengolahan, serta memperbanyak produk hilir perikanan seperti produk siap masak atau siap makan.
Adapun tantangan di sektor perikanan menurut Perindo saat ini adalah kurangnya armada kapal yang beredar dan proses digitaliasi bidang perikanan dari hulu dan hilir yang masih berlangsung.
Manajemen Perindo menargetkan jumlah pendapatan sebesar Rp 979 miliar pada tahun 2022. Target ini terdiri dari lini pengolahan dan perdagangan ikan yang menyumbang pendapatan sebesar Rp 542,3 miliar, kemudian lini kepelabuhan perikanan menyumbang Rp 240,5 miliar, dan lini pakan ikan menyumbang Rp 196,4 miliar.
Perindo juga akan menggenjot kinerja di sentra produksi perikanan di 15 cabang dan 23 unit di seluruh Indonesia. Perindo memiliki cabang yang tersebar di Jakarta, Belawan, Padang, Pekalongan, Tegal, Brondong, Surabaya, Pemangkat, Benoa, Makassar, Ambon, Bitung, Bacan, Sorong, dan Gorontalo.
“Kami menjadikan kantor cabang sebagai fasilitas tempat mesin produksi yang lengkap dengan infrastruktur penunjangnya,” ujar Sigit.
Selain itu, Perindo juga memaksimalkan jasa kepelabuhan di 5 pelabuhan perikanan yang dikelolanya, yakni pelabuhan perikanan Samudera Nizam Zachman di Jakarta, pelabuhan Samudera Belawan, pelabuhan Nusantara Pekalongan, pelabuhan Nusantara Brondong, dan pelabuhan Nusantara Pemangkat.
Lebih lanjut, Perindo turut berpartisipasi dalam program penangkapan ikan terukur oleh pemerintah. Program ini dinilai ramah terhadap ekosistem perikanan berkelanjutan karena dapat memitigasi risiko over fishing. Ini mengingat kapal berkapasitas besar hanya bisa menangkap ikan di tengah laut atau 200 mil dari daratan, sehingga tidak mengganggu hasil tangkapan nelayan.
Program ini juga menjadi kunci sukses Perindo di industri perikanan karena dapat mengontrol tangkapan ikan atau suplai ikan.
Untuk mendukung program tersebut, Perindo akan mengikuti beauty contest di 3 dari 11 zona atau wilayah yang ditawarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Setiap zona membutuhkan minimal 200 kapal berukuran minimal 200 gross tonnage (GT) dan beberapa kapal tampung berukuran 3.000 GT sampai 5.000 GT.
“Jika program ini berhasil, maka omzet perusahaan bisa mencapai Rp 17 triliun dalam 5 tahun ke depan dan akan terserap off take dari sekitar 26.000 nelayan,” terang Sigit.
Sigit menambahkan, Perindo menaungi sekitar 1.400 nelayan di seluruh Indonesia. Dalam 5 tahun ke depan, diharapkan mitra nelayan Perindo akan bertambah 10 kali lipat lebih banyak.
Perindo bermitra dengan koperasi nelayan selaku badan usaha para nelayan. Perindo menjadikan nelayan sebagai prioritas karena fungsi perusahaan sebagai off taker hasil tangkapan nelayan.
Hasil tangkapan yang diserap oleh Perindo juga dapat mempermudah para nelayan untuk mengakses ke bank Himbara, sehingga membantu nelayan secara finansial. Perindo juga mendukung nelayan dengan mencukupi kebutuhannya seperti es untuk kapal nelayan dan persiapan logistik untuk anak buah kapal (ABK). Tak hanya itu, Perindo juga menjaga inklusivitas nelayan dan tidak bersaing dengan para nelayan.
“Berapapun besarnya volume, Perindo dan nelayan tidak akan bersaing untuk mencukupi permintaan yang besar,” kata Sigit.
Sumber Kontan, edit koranbumn