Bank BUMN pembiayaan perumahan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Targetnya nilai yang bisa didapat dari aksi korporasi ini adalah senilai Rp 5 triliun.
Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan diharapkan dengan penambahan modal ini, pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas akan merealisasikan haknya dengan menyuntikkan modal Rp 3 triliun ke perusahaan. Sedangkan sisanya akan dieksekusi oleh pemegang saham lainnya.
“Kebutuhan kami Rp 5 triliun. Kita harap Rp 3 triliun adalah dari pemegang saham Dwiwarna karena komposisi 60% dan Rp 2 triliun dari yang lainnya dengan mekanisme HMETD,” kata Nixon dalam konferensi pers, Rabu (10/3/2021).
Rencana rights issue ini telah diikuti dengan melakukan diskusi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Keuangan.
Diharapkan kepastian mengenai suntikan modal dari pemerintah ini bisa diperoleh jelang pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Agustus 2021 nanti.
Nixon menjelaskan, tambahan modal ini dibutuhkan perusahaan untuk meningkatkan nilai modal inti Tier. Pasalnya saat ini BTN merupakan bank yang memiliki modal paling kecil dibanding bank milik pemerintah lainnya.
Dukungan modal yang lebih besar ini dibutuhkan untuk mendorong ekspansi perusahaan guna mendukung pengadaan 1 juta rumah hingga 5 tahun ke depan.
“Kita antisipasi ekspansi 1 juta rumah dan inisiatif perkuat akuisisi, perkembangan anorganik. Untuk mengakuisisi life insurance, modal ventura dan manajer investasi dukung bisnis kami dengan Tapera,” jelas dia.
Baru-baru ini BTN menargetkan perusahaan modal ventura (venture capital/VC) milik perusahaan akan bisa beroperasi pada tahun 2022.
Saat ini, proses uji tuntas atau due diligence dan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) tengah diselesaikan sehingga ditargetkan pengembangan bisa selesai dilakukan pada akhir 2021.
“Venture capital jadi wadah organic growth yang lain, khususnya fintech di bidang perumahan, salah satunya digitalisasi mortgage atau platform jual beli rumah,” kata Setiyo Wibowo, Direktur Enterprise Risk Management, Big Data & Analytics BTN, Senin (15/2/2021).
BTN memang menargetkan untuk bisa memiliki perusahaan asuransi jiwa dan modal ventura untuk mendukung pengembangan bisnis perusahaan ke depan. Pengembangan ini masuk dalam rencana pertumbuhan bisnis perusahaan di 2021.
Manajemen BBTN menyatakan, memiliki perusahaan asuransi jiwa ini inline dengan bisnis inti BTN yang memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) yang harus didukung dengan asuransi dan bancassurance.
Rencana untuk memiliki VC ini ditujukan untuk memberikan pendanaan kepada perusahaan asset management (AM) atau manajer investasi. AM ini nantinya akan ditujukan untuk membangkitkan bisnis penjualan rumah second. Bisnis ini ditujukan untuk menampung kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang lumayan besar.
Sumber CNBC Indonesia, edit koranbumn