PT Timah Tbk (TINS) menargetkan volume produksi timah tahun ini di kisaran 60.000 ton – 70.000 ton. Jumlah ini masih sama dengan target produksi tahun lalu.
Tahun ini pula, TINS akan melanjutkan pengurangan volume ekspor. Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan langkah ini diambil sebagai langkah menyeimbangkan harga timah di pasaran.
Pengurangan ekspor berada di kisaran 20% dari total penjualan ekspor, masih sama dengan tahun lalu. Meski tidak menyebut angka pasti, Umar bilang, target penjualan tahun ini dipatok sedikit lebih tinggi dari produksi.
“Pengurangan ini sifatnya bukan setahun. Tetapi sifatnya maintain bulanan untuk melihat kondisi harga,” ujar Umar
Dengan adanya pengurangan volume ini, TINS berharap harga komoditas timah bisa menyentuh harga wajarnya di kisaran US$ 18.000 per ton. “Saat ini masih di bawah harga wajar. Kami berharap tentunya bisa naik di atas harga wajar,” sambung Umar.
Tahun lalu, TINS mencatatkan volume penjualan timah sebesar 67.704 metrik ton. Jumlah ini naik 50,05% dari volume penjualan TINS pada periode sebelumnya yang hanya 33.818 metrik ton.
Adapun volume produksi logam timah TINS mencapai 76.389 MT, naik dari realisasi produksi tahun 2018 yang hanya 33.444 MT.
Namun manajemen TINS menyebut harga logam timah dunia selama tahun 2019 terutama di semester-II turun cukup dalam. Harga timah mengalami tekanan salah satunya akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Sebagai imbasnya, konsumsi industri pengguna logam timah mengalami penurunan penjualan yang pada ujungnya mempengaruhi permintaan logam timah. Berdasarkan data Semiconductor Industry Association, penjualan semiconductor global selama tahun 2019 turun sekitar 12% secara year-on-year (YoY).
Sepanjang 2019 pula, harga rata-rata logam timah dunia yang tercatat di London Metal Exchange (LME) terkoreksi menjadi US$18.569 per ton atau sebesar 7% secara tahunan. Secara kuartalan, harga rerata logam timah dunia pada kuartal IV- 2019 juga turun 3% menjadi US$ 16.697 per ton dibandingkan pada kuartal III-2019 yang sebesar US$ 17.146 per ton.
Sumber Bisnis, edit koranbumn