PT PLN (Persero) menargetkan seluruh pembangkit listrik di Indonesia sudah bersumber dari energi bersih pada 2060.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan bahwa perseroan telah berkomitmen untuk mencapai target karbon netral pada 2060. Guna mencapai target tersebut, mulai 2022 perseroan memastikan tidak ada kontrak baru untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Selain itu, mulai 2026 PLN juga akan memensiunkan pembangkit fosil, terutama PLTU dengan kapasitas total sekitar 50,1 gigawatt (GW) secara bertahap, mengikuti selesainya kontrak pembangkit.
“Phase out seluruh pembangkit PLTU batu bara di 2056 karena sudah digantikan EBT [energi baru terbarukan],” ujar Zulkifli dalam acara Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7/2021).
Dia memperkirakan bahwa pengembangan pembangkit EBT akan mengalami peningkatan besar-besaran mulai 2028, seiring dengan kemajuan teknologi baterai penyimpanan yang semakin murah.
Sesuai rencana pengembangan 2021—2030, setidaknya ada potensi pengembangan EBT mencapai hampir 17 GW. Kemudian, pengembangan pembangkit EBT tersebut akan meningkat secara eksponensial mulai 2040.
Dengan upaya-upaya tersebut, Zulkifli menuturkan bahwa porsi EBT sudah akan mendominasi total pembangkit di Indonesia pada 2045.
“Dekade berikutnya, seluruh pembangkit listrik di Indonesia berasal dari EBT,” katanya.
Sementara itu, untuk menjaga keandalan sistem kelistrikan ke depan, pembangkit listrik tenaga nuklir diperkirakan juga akan masuk ke dalam sistem pada 2040, seiring dengan pengembangan teknologinya yang semakin aman.
PLN sendiri memproyeksikan kebutuhan konsumsi listrik nasional mencapai 1.800 terawatt hour (TWh) pada 2060. Saat ini, produksi listrik PLN berada pada kisaran 300 TWh, sehingga ada gap pasokan listrik sebesar 1.380 TWh untuk memenuhi kebutuhan di 2060. Zulkifli mengatakan, gap pasokan tersebut akan dipenuhi dari EBT.
Sumber Bisnis, edit koranbumn