PT Taspen (Persero) memutuskan meningkatkan investasi untuk belanja saham di pasar modal di tengah pelemahan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini akibat wabah virus corona.
Direktur Utama Taspen ANS. Kosasih menyatakan kebijakan berinvestasi di instrumen saham karena saat ini merupakan momentum tepat untuk membeli pada harga bawah.
“Taspen masuk pasar saham, tetapi bukan semata-mata urusan komitmen [sesama anggota asosiasi dana pensiun], Pasar sudah turun dalam sekali jadi Taspen melihat bahwa ini momentum bagus untuk “bottom fishing” alias membeli di harga murah,” ujarnya Selasa (17/3/2020).
Merosotnya posisi IHSG hari ini menjadi saat yang baik untuk mulai memborong saham yang fundamentalnya masih kuat namun industrinya memiliki prosepek tumbuh ke depan.
Selain itu, Taspen juga menyatakan saat akan melakukan rebalacing portofolio dengan menguatkan instrumen fixed income. Di tengah kondisi yang volatile saat ini maka instrumen fixed income akan menarik untuk menjadi sarana investasi.
Dalam kesempatan terpisah, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau kini dikenal dengan BP Jamsostek mengumumkan akan menyerap saham-saham bervaluasi murah dengan fundamental baik di tengah merosotnya indeks harga saham gabungan (IHSG) beberapa hari ini.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan selaku pengelola dana panjang, pihaknya memandang momentum ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan saham berfundamental bagus dengan harga relatif murah.
“[Saat ini] momentum kami untuk masuk ke pasar saraham,” ujarnya usai membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Senin (16/3/2020).
Agus mengatakan terus mengevaluasi total dana yang akan dialokasikan ke pasar saham. Sebagai gambaran, sepanjang Januari hingga Februari 2020, BP Jamsostek telah bertransaksi senilai Rp20 triliun.
Rinciannya membeli Rp10 triliun dan menjual Rp9 triliun. Dengan demikian, tercatat beli bersih atau net buy senilai Rp1 triliun.
“Alokasi sampai akhir tahun Rp6 triliun – Rp8 triliun dengan asumsi hanya beli saja tidak menjual [beli bersih],” paparnya.
Saat ini total dana kelolaan BP Jamsostek mencapai Rp431 triliun per akhir Desember 2019. Dari nilai itu, 19 persen dialokasikan ke pasar saham dan 9 persen ke instrumen reksa dana.
Agus mengatakan sebelum memutuskan masuk ke suatu saham, selain harga dan fundamental, BP Jamsostek juga akan mempertimbangkan kapitalisasi pasar, ketahanan terhadap isu global, serta rasio pembayaran dividen.
Sumber Bisnis, edit koranbumn