Di usianya yang ke-42 tahun, PTDI tengah mencanangkan tranformasi pada tiga aspek, yakni transformasi bisnis, operasi, dan budaya. Transformasi bisnis mengarah kepada bagaimana bisnis dan strategi PTDI ke depannya. Transformasi operasi lebih ke bagaimana PTDI mengelola seluruh sember daya perusahaan untuk dapat menghasilkan nilai tambah dan revenue. Sementara tranformasi budaya lebih ke bagaimana seluruh karyawan PTDI bersikap dan menjalankan setiap program perusahaan dengan penuh tanggung jawab.
Teaming Agreement tahap 1 (TA 1) telah dilakukan pada tahun 2012 hingga tahun 2013 kemudian dilanjutkan Teaming Agreement tahap 2 (TA 2) pada tahun 2013 hingga tahun 2014. Teaming Agreement merupakan strategi dan rencana restrukturisasi dan revitalisasi PTDI, dimana dalam prosesnya mendapatkan technical support dan know how terkait best practises dalam industri dirgantara dunia, juga mulai dirumuskan salah satu opsi penguatan kerjasama / kolaborasi antara PTDI dengan global aircraft manufacturer.
Kepala Divisi Manufacturing Engineering, M. Ridlo Akbar menceritakan jika kita bekerjasama dengan leading aircraft manufacturer sejenis di Indonesia, ASEAN bahkan Asia, maka tidak ada leading industries di sektor kedirgantaraan.
“Kalau kita bekerjasama dengan leading industries sejenis di Indonesia, tidak ada, di ASEAN pun tidak ada, di Asia tidak ada, jadi muncul tiga pilihan yaitu Airbus Military (sekarang Airbus Defense & Space), Boeing, dan Lockheed Martin”, kata M. Ridlo Akbar, Kepala Divisi Manufacturing Engineering.
Dipilihnya Airbus Military (sekarang Airbus Defense & Space) karena perusahaan ini memiliki evolusi perusahaan yang mirip dengan PTDI dan sudah bekerjasama sejak tahun 1976, serta berhasil dalam melakukan Restrukturisasi dan Revitalisasi.
Hasil yang telah dicapai dari TA 1 dan TA 2 yakni revitalisasi fasilitas produksi, optimalisasi & utilisasi kapasitas produksi, upgrading dan penggantian permesinan di Aerostructure, peningkatan dan perbaikan proses produksi pesawat terbang, peningkatan kemampuan dan kapasitas Aircraft Services, update software & fasilitas laboratorium.
TA 1 dan TA 2 juga berhasil menyempurnakan sistem informasi perusahaan terintegrasi dengan SAP dan business process transformation yang menggabungkan organisasi aerostructure dengan aircraft integration menjadi Direktorat Produksi serta operative model yang dapat menjadi basis PTDI untuk membangun business process dan organisasi serta investasi-investasi yang dilakukan di Detail Part Manufacture (DM), Component Assembly (CA), Final Assembly Line dan Delivery Center (FD) di Direktorat Produksi.
Keberhasilan yang telah dicapai di TA 1 dan TA 2, masih dirasa belum mencakup aspek-aspek lain yang dimiliki oleh PTDI. Maka dari itu, Teaming Agreement tahap 3 (TA 3) sebagai tahapan teaming agreement selanjutnya dengan tujuan meningkatkan kemampuan PTDI pada Manufacturing Engineering, Quality and Production di area perakitan (assembly area) dengan technical know-how & competence industri kedirgantaraan melalui on the job training & direct coaching oleh para ahli Airbus DS selama program berlangsung yang berorientasi untuk meningkatkan ketepatan waktu, kualitas dan biaya.
Di samping itu, TA 3 akan juga meningkatkan kemampuan PTDI dengan membangun kualifikasi operator & inspektur di area percontohan melalui on the job training & direct coaching oleh para ahli Airbus DS yang bekerja di PTDI, dan di Fasilitas Airbus DS, Spanyol untuk mengenalkan tim PTDI dengan sistem, standar budaya kerja sesuai Aerospace Standard.
Peningkatan aerospace technical know-how dan competence dirasa penting karena dilihat dari perjalanannya, PTDI sempat mengalami krisis dan lay-off di awal tahun 2000, upaya untuk meningkatkan technical know-how dan competence sudah tidak ada lagi. Sehingga, cara kerja dan sistem kerja karyawan PTDI masih berbasis tahun 1990-an, yang mana sudah tertinggal jauh dari perusahaan kedirgantaraan lainnya.
Teaming Agreement tahap 3 (TA 3) berlaku secara efektif sejak 26 Juni 2018 dan akan berlangsung selama satu tahun hingga Juni 2019. Airbus Defence and Space (ADS) pada TA3 ini berperan sebagai konsultan bagi PTDI. Sehingga penting bagi PTDI untuk mengoptimalisasi program ini.
PTDI menyiapkan hal yang utama yaitu tim. Tim yang dibentuk memiliki kriteria berpikiran terbuka, dapat dengan cepat menyerap ilmu dan proses yang berjalan, dan mampu untuk menyebarkan hasil dari keseluruhan tahapan TA 3. Tim ini juga nantinya akan bertanggungjawab untuk mengadaptasi proses yang sama di area perakitan lain yang berfokus kepada manufacturing, engineering, quality production planning & control dan production manufacturing.
Tim dari Airbus yang telah bekerja di PTDI untuk program TA 3 sekitar 6 FTE (Full Team Equivalent) perhari. Sedangkan tim dari PTDI untuk level 1, ada 7 FTE dan tim level 2 dari PTDI yang berjumlah 26 FTE. Tim PTDI yang telah dibentuk pun diharapkan dapat menjalankan tugas secara bertanggung jawab agar tidak ada pergantian orang di dalam timnya.
Alasan untuk tidak adanya pergantian orang dalam tim yang sudah dibentuk yaitu agar bisa menjadi habit (kebiasaan) sehingga dari habit ini akan menjadi culture (budaya) yang tentunya Budaya Kerja di Direktorat Produksi sejalan dengan Budaya Kerja PTDI.
Dalam TA 3, dipilih C295 aerostructures sebagai pilot project, dengan dua alasan, yakni Airbus mempersyaratkan produk mereka sebagai pilot project karena sudah mereka kenal dengan baik dan karena C295 aerostructures mewakili permasalahan umum PTDI di area perakitan CN235 dan NC212i.
Sebagai contoh, routing yang dibangun oleh manufacturing engineering, saat ini masih menggunakan cara bekerja yang sama sejak pertengahan tahun 1990an, jauh tertinggal dengan konsep perusahaan kedirgantaraan dunia lainnya.
“Disaat orang lain sudah menggunakan graphical process/visual process yang informatif namun PTDI masih menggunakan cara lama. Oleh karena itu, kita harus merubah cara bekerja kita, dengan wahana TA3 ini kemudian mendokumentasikan hal tersebut dalam prosedur sehingga akan menjadi mandatory untuk di trigger ditempat lain”, tegas M Ridlo Akbar memaparkan tujuan yang menjadi target dari TA 3.
Teaming Agreement 3 dalam prosesnya akan mentransformasi rutinitas kerja yang selama ini dijalankan hingga membangun rutinitas kerja yang baru, kemudian setelah itu berhasil didapatkan, maka akan diterapkan hal yang sama ditempat lainnya, seperti di CN235 dan NC212i. Hal ini merupakan nilai utama dan penting ketika menjalankan setiap prosesnya karena hal tersebut tidak bisa didapatkan dalam buku.
Salah satu aktivitas Teaming Agreement 3 yang saat ini sudah berjalan yakni lean manufacturing yang targetnya di bulan Agustus ini dibuat Key Performance Indicator (KPI) untuk dapat mengukur kondisi hari ini, menjadi basis melakukan value steam mapping (VSM) dan untuk bisa mengukur tingkat keberhasilan yang sudah dicapai dari program TA3 kedepan.
Dalam program C295 Aerostructure, setahun ini PTDI hanya mampu mengirimkan 2 set empenage dan 1 set rear fuselage ke ADS. Dengan adanya program TA3, PTDI menargetkan pada tahun 2020 bisa dikirimkan sebanyak 12 set empenage dan 6 set rear fuselage pertahun. Sehingga PTDI dapat menghasilkan 1 set empenage setiap bulan dan 1 rear fuselage dalam dua bulan.
“Jadi tahun depan kita lakukan transformasi karena masih dalam tahap TA3 akan memperbaiki semuanya. Untuk lama waktu produksi (rear fuselage dan empenage) saat ini masih 6 bulan sekali, tetapi untuk tahun 2020 harus memproduksi dan menghasilkan 1 set empenage setiap bulan dan 1 rear fuselage dalam dua bulan. Satu set komponen tersebut berharga sekitar 900.000 USD”, papar M. Ridlo Akbar.
Program TA3 pada C295 Aerostructure itu sebenarnya tidak hanya pada proses belajar untuk meningkatkan technical know-how dan kompetensi kita dibidang manufacturing dan kedirgantaraan tetapi ada revenue yang dihasilkan. Proyeksi bisnis kedepannya, PTDI menargetkan C295 Aerostructure memiliki revenue untuk sepuluh tahun kedepan lebih dari 60 juta USD sampai tahun 2027.
Permasalahan yang ada bukan permasalahan spesifikasi teknis, tapi permasalahan yang sistemik. Bagaimana kita meningkatkan capability dan competence kita di bidang manufaktur dirgantara itu sendiri.
Dulu jamannya senior-senior kita, ada banyak orang Boeing bekerja di PTDI, kita dapat dengan mudah belajar dari mereka. Namun, saat ini kita harus belajar dari siapa? Tentu Teaming Agreement tahap 3 ini yang diharapkan dapat menjadi wahana belajar karyawan PTDI.
Program budaya kerja perusahaan yang pada tanggal 1 Agustus 2018 telah dilaksanakan kick off akan berjalan beriringan dengan program Teaming Agreement tahap 3 ini. Contoh sederhana dari budaya yang akan dibangun yaitu kepedulian kita meletakkan tools pada toolbox. PTDI telah banyak melakukan investasi toolbox termasuk menggambarkan siluet-siluet agar tool yang telah digunakan dapat ditaruh di tempat semula.
Kepedulian setiap pegawai PTDI untuk menaruh tools atau alat kerja di toolbox atau tempat yang telah disediakan akan mengurangi waktu untuk mencari tools tersebut ketika dibutuhkan dan tentunya budaya kerja efektif akan dapat mudah dibangun. Before dan after-nya sendiri nanti akan berbasis kualitatif, kuantitatif dan bukti fisik seperti dokumentasi foto dari alat kerja, jigs, hingga hanggar.
Dalam menjalankan program TA 3, akan dilakukan pemindahan jigs dan tools sub assembly CN235 dan C295 Aerostructure dari KP2 ke KP4. Di KP4 pun akan dikelompokkan sendiri C295 Aerostructure dan CN235 Sub Assembly, hal ini agar dapat fokus sehingga membentuk habit dan culture.
“Hanggar Assembly CN235 di KP2 nantinya akan fokus untuk integration. Jadi nanti kita masuk kesitu akan lebih enak udah integration fuselage dan integration wings”, kata M. Ridlo Akbar.
Sumber Situs Web DI